FAKTORFAKTOR PENDORONG PEMILIK LAHAN DALAM ALIH FUNGSI LAHAN SAWAH DI KECAMATAN JUNREJO Oleh: Tren Alth Fungsi Lahan Pertanian Di Kabupaten Klaten. Jurnal Sepa : Vol. 8 No. 2 Pebruari 2012 : 51 182 : 1829-994 Rachmawati, Nuril (2020) Ekologi Politik Alih Fungsi Lahan Pertanian Menjadi Objek Wisata Jatim Park 3 Di Kota Batu. View UNIVERSITA 17 at Universitas Diponegoro. Jurnal Manajemen Agribisnis Vol. 3, No. 2, Oktober 2015 ISSN: 23 Distribusi Lahan Pertanian : Lahan Sawah Pertanian adalah salah satu bentuk usaha yang sangat cocok diterapkan di Indonesia khususnya di Jawa Barat, karena sejatinya Indonesia adalah negara agraris. Berdasarkan geografisnya, tanah di provinsi Jawa Barat sangatlah baik dan bagus untuk usaha tani begitu juga dengan faktor pendukung lainnya. Pertaniandi Indonesia merupakan salah satu sektor kunci perekonomian Indonesia. Indonesia adalah negara kedua terbesar setelah Brasil yang memiliki kekayaan alam serta komoditas pertanian dan peternakan yang melimpah. Total luas lahan pertanian di Indonesia menurut data tahun 2013 sebesar 8,112,103 hektar. ANALISISFAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN DI PROVINSI JAWA TENGAH 1.1.1 Tanah Sebagai Lahan Pertanian Tanah merupakan salah satu faktor produksi penting dalam kegiatan pertanian. berpengaruh negatif terhadap luas lahan sawah adalah jumlah perusahaan. Penelitian yang dilakukan Christianto Pondaag, (2018) dengan apakah perbedaan antara seni patung dan seni pahat. Hubungan antarnegara ASEAN semakin diperlukan seiring dengan munculnya berbagai macam kebutuhan yang berbeda-beda dari tiap-tiap negara anggota. Kebutuhan sosial, politik, ekonomi, maupun bidang lainnya menuntut suatu negara untuk berperan aktif dengan melakukan kerja sama antarnegara ataupun dengan dunia internasional. Organisasi internasional kemudian dibentuk guna mengatasi dan meminimalisasi masalah yang dapat ditimbulkan dari interaksi antarnegara dalam berbagai bidang. Contohnya, Association of South East Asian Nation ASEAN yang merupakan salah satu organisasi internasional yang bersifat kawasan atau region. Terdapat faktor pendorong dan penghambat dalam kerja sama sebagai berikut a. Faktor pendorong Kerja Sama ASEAN 1. Kesamaan dan perbedaan sumber daya alamKesamaan sumber daya alam antara beberapa negara dapat mendorong terbentuknya kerja sama antarnegara. Sebagai contoh, beberapa negara penghasil minyak bumi membentuk suatu kerja sama yang diberi nama OPEC Organization of Petroleum Exporting Countries. Perbedaan sumber daya pangan di setiap negara ASEAN juga melahirkan kerja sama. Indonesia mengekspor hasil pertanian ke Singapura. Indonesia juga mengimpor beras dari Myanmar dan Thailand untuk memenuhi Kesamaan dan perbedaan wilayah kondisi geografisKarena kesamaan letak geografis, beberapa negara di suatu kawasan pada umumnya mengadakan kerja sama untuk menjaga stabilitas dan keamanan negara. Contoh negara-negara yang terletak di wilayah Asia Tenggara membentuk kerja sama melalui organisasi ASEANb. Faktor penghambat Kerja Sama ASEAN1. Perbedaan IdeologiFaktanya, saat ini hampir tidak ada negara ASEAN yang menutup diri dari kerja sama antarnegara Konflik dan peperanganKondisi konflik dan peperangan yang terjadi di dalam negeri maupun antara negara mengganggu stabilitas negaranya sehingga akan menghambat kerja Kebijakan protektif Suatu negara yang menerapkan kebijakan yang bertujuan melindungi kepentingan dalam negeri dan meningkatkan daya saing. Misalnya, tidak menerima impor hasil pertanian karena dapat mempengaruhi kondisi pendapatan hasil pertanian di dalam negerinya. Dampak kebijakan ini juga dapat mempengaruhi hubungan antarnegara sehingga menghambat kerja sama yang Perbedaan kepentingan tiap-tiap negaraKerja sama dibutuhkan bagi perkembangan dan masa depan negara di dunia. Akan tetapi, dalam kerja sama antarnegara tiap-tiap negara memiliki kepentingan yang berbeda. Perbedaan ini dapat menghambat kerja sama yang Bentuk-Bentuk Kerja Sama Sosial, Politik, Budaya, Pendidikan, dan Perkembangannyaa. Bentuk Kerja Sama di Bidang Sosial dan BudayaKerja sama antarnegara-negara anggota ASEAN dalam bidang sosial dilakukan agar tercipta kerukunan dan kemajuan bersama. Setiap negara anggota ASEAN diminta berperan aktif dan ikut serta dalam upaya kerja sama guna mendukung kesejahteraan negaranya sendiri. Kerja sama dalam bidang sosial dan budaya dilaksanakan oleh COSD Committee on Social Development. Beberapa bentuk kerja sama di bidang sosial negara-negara anggota ASEAN antara lain sebagai bidang pembangunan sosial dengan menekankan kesejahteraan golongan berpendapatan rendah, perluasan kesempatan kerja, serta pembayaran upah yang wajar;2 membantu kepada kaum wanita dan pemuda dalam usaha-usaha pembangunan;3 menanggulangi masalah masalah perkembangan penduduk dengan bekerja sama dengan badan badan internasional yang bersangkutan;4 pengembangan sumber daya manusia;5 peningkatan kesejahteraan;6 program peningkatan kesehatan makanan dan obat-obatan;7 pertukaran budaya dan seni, juga festival film ASEAN;8 penandatanganan kesepakatan bersama di bidang pariwisata ASEAN ASEAN Tourism Agreement ATA; serta9 penyelenggaraan pesta olahraga dua tahun sekali melalui SEA-Gamesb. Bidang Kerja Sama di Bidang Politik dan KeamananKerja sama politik ini ditujukan untuk menciptakan keamanan, stabilitas, dan perdamaian antarnegara di ASEAN. Kerja sama ini menyepakati adanya ZOPFAN, traktat persahabatan dan kerja sama Treaty of Amity and Cooperation/TAC in Southeast Asia, dan kawasan bebas senjata nuklir di Asia Tenggara Treaty on Southeast Asian Nuclear Weapon-Free Zone/SEANWF. Selain itu, kerja sama dalam bidang politik, menciptakan ASEAN Regional Forum ARF untuk membahas kasuskasus terkini yang menjadi perhatian ASEAN. Beberapa contoh nyata kerja sama politik dan keamanan adalah1 Traktat Bantuan Hukum Timbal Balik di Bidang Pidana Treaty on Mutual Assistance in Criminal Matters/MLAT.2 Konvensi ASEAN tentang Pemberantasan Terorisme ASEAN Convention on Counter Terrorism/ACCT.3 Pertemuan para Menteri Pertahanan Defence Ministers Meeting/ADMM yang bertujuan mempromosikan perdamaian dan stabilitas kawasan melalui dialog serta kerja sama di bidang pertahanan dan Penyelesaian sengketa Laut Cina Kerja sama pemberantasan kejahatan lintas negara yang mencakup pemberantasan terorisme, perdagangan obat terlarang, pencucian uang penyelundupan dan perdagangan senjata ringan dan manusia, bajak laut, kejahatan internet, dan kejahatan ekonomi Kerja sama di bidang hukum, bidang migrasi dan kekonsuleran, serta kelembagaan Bentuk Kerja Sama di Bidang PendidikanKerja sama bilateral maupun multirateral di bidang pendidikan terus dilakukan oleh negara-negara ASEAN demi tercapainya tujuan meningkatkan kualitas pendidikan di Asia Tenggara dan meningkatnya daya saing internasional. Contoh bentuk kerja sama negara-negara ASEAN dalam bidang pendidikan1 ASEAN Council of Teachers Convention ACT di Sanur, Denpasar, Sabtu 8/12/2012, dengan tema ASEAN Community 2015 Teacher Professionalism for Quality Education and Humanity. Pada pertemuan ini hadir organisasi guru dari Indonesia, Brunei Darussalam, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, Vietnam, serta Korea Penawaran beasiswa pendidikan. Contohnya, Singapura memberikan beasiswa latihan pengelolaan jasa pelabuhan udara, kesehatan dan keselamatan kerja industri, komunikasi bahari, dan lain-lain. Contoh lain Indonesia memberikan beasiswa pendidikan kedokteran, bahasa, dan seni kepada pelajar negara-negara anggota ASEAN dan kawasan negara Negara-negara ASEAN memanfaatkan beasiswa untuk belajar di berbagai universitas di negara-negara ASEAN dan Jepang atas biaya yang diberikan oleh ASEAN-Japan Scholarship Fund Dana Beasiswa ASEAN-Jepang. 4 Olimpiade di bidang pendidikan sering diadakan pada taraf regional Asia Tenggara. Contoh Pertamina menyelenggarakan Olimpiade Sains Nasional OSN 20153. Pengaruh Kerja Sama Bidang Ekonomi, Sosial, Politik, Budaya dan Pendidikan terhadap Kehidupan di ASEANa. Pengaruh Perubahan Ruang dan Interaksi Antarruang terhadap Keberlangsungan Kehidupan Ekonomi di Negara-Negara ASEANPara pemimpin ASEAN sepakat membentuk sebuah pasar tunggal di kawasan Asia Tenggara pada akhir 2015. Kesepakatan ini dilakukan agar daya saing ASEAN meningkat serta bisa menyaingi Tiongkok dan India untuk menarik investasi asing. Penanaman modal asing di wilayah ini sangat dibutuhkan untuk memperluas lapangan pekerjaan dan meningkatkan kesejahteraan. Pasar tunggal ini disebut dengan istilah Masyarakat Ekonomi ASEAN MEA. Secara bertahap, MEA membuka peluang satu negara menjual barang dan jasa dengan mudah ke negara-negara anggota ASEAN. Selain itu, akan dibentuk pasar tenaga kerja profesional, seperti dokter, ahli keteknikan, guru, akuntan, dan lain-lain. Bentuk interaksi ini akan membuka peluang tenaga kerja asing untuk mengisi berbagai jabatan serta profesi di Indonesia yang tertutup atau kekurangan sumber daya manusianya. Kondisi tersebut menuntut semua penduduk di Asia Tengara dapat bersaing untuk menjadi tenaga kerja di negara-negara ASEAN. MEA membuka pasar dan lapangan kerja yang semakin bersaing sehingga berpengaruh terhadap penyiapan sumber daya manusia. Pendidikan yang berkualitas menjadi modal persaingan dalam menghasilkan lulusan yang mempunyai pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang terbuka berpikiran global. Kegiatan ekonomi berupa produksi, distribusi, dan konsumsi semakin luas dan bersaing bebas antarnegara Pengaruh Perubahan Ruang dan Interaksi Antarruang terhadap Keberlangsungan Kehidupan Sosial di Negara-Negara ASEANKehidupan sosial sangatlah dinamis. Kondisi dan status sosial masyarakat Asia Tenggara yang berbeda dan hidup berdampingan terkadang memunculkan pertentangan karena perbedaan kepentingan. Masalah-masalah kemanusiaan banyak terjadi akibat interaksi sosial yang masih dipengaruhi sekat-sekat kepentingan. Pada Tahun 2015, ribuan pengungsi warga Myanmar membanjiri negara-negara tetangga, yaitu Malaysia, Thailand, dan Indonesia dengan menggunakan perahu. Pengungsi ini kemudian dikenal sebagai manusia mengimbau negara-negara anggotanya agar menerima untuk sementara para manusia perahu itu atas pertimbangan kemanusiaan. Migrasi ini berpengaruh terhadap dinamika jumlah kependudukan suatu negara baik bagi yang mengungsi ataupun negara tujuan pengungsian. Selain itu, menimbulkan interaksi sosial, seperti simpati dan empati antarpengungsi dan penduduk setempat daerah Pengaruh Perubahan Ruang dan Interaksi Antarruang terhadap Keberlangsungan Kehidupan Budaya di Negara-Negara ASEAN. Kebudayaan adalah salah satu di antara 3 tiga pilar utama ASEAN dalam proses mengarah ke tujuan membangun komunitas pada tahun 2015. Konferensi ke-6 Menteri Kebudayaan dan Kesenian ASEAN di Kota Hue, Vietnam dengan tema ā€œMeningkatkan peranan kebudayaan terhadap perkembangan yang berkesinambungan dari komunitas ASEANā€ tanggal 19-20 April 2014, menegaskan tekad semua negara ASEAN tentang satu komunitas bersama, visi bersama, dan jati diri dengan perjalanan selama 47 tahun, kerja sama budaya ASEAN telah mengalami perkembangan dan perubahan, yang menonjolkan kebudayaan sebagai faktor yang penting bagi pembangunan komunitas ASEAN secara kegiatan hingga saat ini telah atau sedang dilaksanakan, misalnya membangun Kota Budaya ASEAN, Perkemahan Pemuda ASEAN, dan Jaringan Kota Kuno ASEAN. Beberapa aktivitas lain yang dilakukan sebagai dampak pengaruh perubahan komitmen kebudayaan ASEAN antara lain sebagai Festival Budaya ASEAN FBAFestival Budaya ASEAN 2013 digelar di Kota Purwakarta, Jawa Barat, tanggal 29 Juni 2013. Kegiatan itu diikuti sembilan negara, yaitu Malaysia, Brunei Darussalam, Filipina, Thailand, Myanmar, Laos, Vietnam dan tuan rumah Indonesia. Festival ini merupakan ajang memperkenalkan kebudayaan Kota dan Kabupaten Purwakarta ke masyarakat ASEAN, juga merupakan ajang mempertautkan dan memperkenalkan kebudayaan sesama negara ASEAN. Bagi Indonesia, kegiatan ini merupakan salah satu cara memperoleh devisa dari sektor Perkemahan Budaya Serumpun ASEANPerkemahan budaya serumpun adalah kegiatan perkemahan budaya negaranegara ASEAN yang diprakarsai tiga negara, yaitu Indonesia–Malaysia–Brunei Darussalam. Kegiatan ini bertujuan menanamkan dan meningkatkan pemahaman penghayatan nilai-nilai budaya bangsa serumpun demi menciptakan ketahanan budaya. Perkemahan ini diarahkan pada pembinaan mental dan spiritual, wawasan kebangsaan budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi, persaudaraan dan persahabatan, peningkatan keterampilan, dan olahraga, serta kepedulian terhadap masyarakat3 Industri MusikMusik merupakan salah satu hasil dari budaya. Saat ini, musik sudah menjadi salah satu cabang industri yang dapat dinikmati oleh siapa pun dan di manapun. Di Asia Tenggara, jenis musiknya beragam. Di Indonesia, salah satu musik khasnya adalah musik dangdut. Perkembangan industri musik sangat maju. Konser, festival musik, dan berbagai even lainnya menunjukkan hal tersebutd. Pengaruh Perubahan Ruang dan Interaksi Antarruang terhadap Keberlangsungan Kehidupan Politik di Negara-Negara ASEAN Perubahan dan interaksi antarruang juga dapat berpengaruh terhadap kehidupan politik baik antarnegara maupun antarmasyarakat di Asia Tenggara. Beberapa kasus yang menjadi sorotan antara lain1 Sengketa Perbatasan WilayahMasalah perbatasan wilayah telah menjadi persoalan di beberapa negara ASEAN, seperti kasus Pulau Natuna, kasus Sipadan dan Ligitan, kasus Kepulauan Spratly, dan Kuil Preah Vihear, dan Pulau Pedra Branca. Kasus Natuna diawali klaim sepihak oleh Tiongkok tahun 2009 melalui gambar sembilan titik yang ditarik dari Kepulauan Spratly di tengah Laut Tiongkok Selatan, dan dengan cara itu mengklaim Pulau Natuna sebagai wilayah Zona Ekonomi Eksklusifnya. Pengaruh perubahan kebijakan Tiongkok tersebut diprotes pemerintah Indonesia melalui Komisi Landas Kontinen PBB. Sampai saat ini, PBB belum memprotes tersebut. 2 Pekerja MigranPesatnya laju globalisasi meningkatkan jumlah pekerja migran dari berbagai negara. Banyaknya pekerja migran ini memerlukan aturan perlindungan hak dan kewajiban yang selayaknya disepakati oleh negara-negara asal dan negara-negara tujuan. Beberapa kasus pekerja migran yang menjadi perhatian negara-negara ASEAN antara lain kerja paksa tenaga asing dengan biaya murah dan perdagangan pekerja rumah tangga Pengaruh Perubahan Ruang dan Interaksi Antarruang terhadap Keberlangsungan Kehidupan Pendidikan di Asia Tenggara Ketimpangan mutu pendidikan antarnegara anggota ASEAN menjadi salah satu kendala terbesar ASEAN. Dari 10 negara ASEAN, terdapat perguruan tinggi dengan mutu pendidikan yang berbeda-beda. Hal tersebut menjadi tantangan tersendiri ASEAN dalam bidang pendidikan dan lulusan yang kompeten mengubah paradigma pendidikan di setiap negara. Objek pelajaran, metode pembelajaran, dan guru yang kompeten menjadikan masyarakat negara-negara ASEAN terutama pelajar akan mengakses informasi dan belajar untuk meningkatkan pendidikannya. 4. Upaya-upaya Meningkatkan Kerja Sama di Antara NegaraNegara ASEANUpaya meningkatkan kerja sama antarnegara-negara ASEAN yang telah terbangun melalui Tiga Pilar ASEAN dalam rangka pembentukan Masyarakat ASEAN tahun 2015 terus ditingkatkan. Tiga pilar tersebut yaitu kerja sama dalam bidang politikkeamanan, ekonomi, dan sosial budaya. Peningkatkan kerja sama tersebut memerlukan dorongan antara lain kekompakan, konsistensi, keterbukaan, rasa ā€œke-kekita-anā€ we feeling, saling menghormati dan kesetiakawanan sosial a caring and sharing community, serta dinamis dalam menjalani kerja sama. Kerja sama yang dibangun harus berfokus pada masyarakat people-centered approach dalam berbagai sektor multisektor. Dalam pilar sosial budaya, masyarakat ASEAN akan bersama-sama mengatasi berbagai tantangan di bidang kependudukan, kemiskinan, ketenagakerjaan, dan kesejahteraan masyarakat. Dalam memperkuat daya saing kawasan, ASEAN berkomitmen meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan kualitas lingkungan hidup. ASEAN membuka akses yang seluas-luasnya bagi seluruh penduduk di negara-negara anggotanya di berbagai bidang, seperti di bidang pendidikan, kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi, kesehatan, serta lingkungan bidang politik dan keamanan, ASEAN terus berupaya meningkatkan kualitas pelayanan publik melalui peningkatan kemampuan pemerintahan dan pelibatan masyarakat madani civil society dalam pengambilan keputusan. Masyarakat ASEAN dapat lebih mengenali keragaman budaya negara anggota, saling menghargai identitas nasional masing-masing, serta mewariskan sebuah kawasan Asia Tenggara yang aman, damai, dan makmur kepada generasi ke-1 ASEAN Ministerial Meeting on Women di Vientiane, Laos, 16-19 Oktober 2012 telah mengadopsi Vientiane Declaration on Enhancing Gender Perspective and ASEAN Women’s Partnership for Environmental tersebut merupakan komitmen ASEAN untuk meningkatkana. Pengetahuan dan keterampilan perempuan dalam bidang lingkungan;b. Akses, kepemilikan, dan kontrol terhadap sumber daya; danc. Pembuatan kebijakan, strategi, dan program mengenai lingkungan berkelanjutan untuk perempuan terutama yang berasal dari kelompok rentan. Selanjutnya, AMMW menugaskan ASEAN Commission on Women ACW untuk mengimplementasikan deklarasi tersebut melalui kolaborasi dan koordinasi dengan badan sektoral terkait, seperti ASEAN Senior Officials Meeting on Environment ASOEN dan ASEAN Committee on Disaster Management ACDMC. Pengaruh Perubahan dan Interaksi Keruangan terhadap Kehidupan di Negara-Negara ASEAN1. Perubahan Ruang dan Interaksi Antarruang Akibat Faktor AlamKondisi alam dan kondisi sosial negara-negara ASEAN yang relatif homogen dan saling membutuhkan memudahkan interaksi antara satu negara dan negara lainnya. Interaksi ini terjadi dalam bentuk kerja sama di berbagai bidang. Banyak faktor yang menimbulkan berbagai bentuk interaksi antara negara tersebut, antara lain faktor iklim dan faktor geologia. Faktor IklimLokasi negara-negara ASEAN yang berada di antara Benua Asia dan Benua Australia menyebabkan wilayah ini memiliki pola arah angin yang berganti setiap setengah tahun sekali. Angin ini dinamakan angin muson timur dan angin muson barat, masing-masing menyebabkan terjadinya musim kemarau dan musim hujan. Iklim yang dipengaruhi tiupan angin muson dinamakan iklim muson. Selain iklim matahari dan iklim muson, wilayah negara-negara ASEAN juga dipengaruhi iklim fisis. Iklim fisis dipengaruhi keadaan fisik suatu wilayah, seperti perairan laut, pegunungan, dan dataran. Negara-negara ASEAN terkadang mengalami perubahan iklim yang tidak terprediksi, sebagai akibat adanya perubahan pola penggunaan lahan dan perilaku yang menimbulkan pemanasan global. Perubahan iklim ini memicu terjadinya bencana alam klimatik atau bencana alam yang disebabkan kerusakan faktor-faktor upaya menanggulangi bencana di kawasan Asia Tenggara, ASEAN melakukan kerja sama antarnegara anggotanya. Contoh kerja sama ASEAN dalam menanggulangi bencana klimatik, yaitu ketika terjadi kebakaran hutan yang hebat di Sumatra tahun 2015, Malaysia dan Singapura atas nama ASEAN memberikan bantuan peminjaman pesawat pemadam kebakaran. Indonesia dan beberapa negara ASEAN lain membantu Filipina yang mengalami bencana badai Haiyan tahun 2014. Berdasarkan kondisi iklim matahari, fisis, ataupun muson, hampir seluruh negara ASEAN memiliki kesamaan kondisi. Kondisi iklim yang sama ini membuat negaranegara di ASEAN ini bahu membahu untuk saling Faktor Ketersediaan Sumber Daya AlamPernahkah kalian mengamati daerah tempat tinggalmu? Apakah ada sesuatu yang dimiliki oleh daerah tempat tinggalmu yang tidak terdapat di daerah lain? Kondisi yang kalian rasakan sama, seperti ketersedian sumber daya alam yang ada di negara-negara contoh, hampir semua negara-negara ASEAN memiliki sumber daya alam berupa barang tambang, kecuali Singapura. Negara Singapura yang wilayahnya sangat sempit memiliki keterbatasan sumber daya alam barang tambang, tetapi menguasai perdagangan dan industri. Negara-negara ASEAN yang kaya dengan barang tambang mentah mengekspornya ke Singapura untuk diolah menjadi berbagai barang kebutuhan pokok. Negara-negara ASEAN yang lain juga melakukan kegiatan yang serupa dengan volume yang berbeda-beda sesuai kemampuan masing-masing negara. 2. Pengaruh Perkembangan Ilmu dan Teknologi terhadap Perubahan RuangPerkembangan ilmu dan teknologi telah berpengaruh terhadap berbagai aspek kehidupan manusia. Manusia lebih dimudahkan dalam berbagai hal ketika beraktivitas. Ilmu yang menghasilkan teknologi komunikasi mengurangi jarak dan waktu dalam berinteraksi antarpihak. Teknologi yang memiliki peranan besar dalam mengubah kehidupan manusia dalam berinteraksi adalah teknologi transportasi dan teknologi komunikasi. Teknologi transportasi dimanfaatkan untuk memindahkan barang dan manusia dari satu tepat ke tempat lain. Teknologi komunikasi dimanfaatkan untuk bertukar informasi. Teknologi produksi digunakan untuk memproduksi sandang, pangan, dan Teknologi TransportasiSaat ini, berbagai macam bentuk alat transportasi dapat dijumpai baik di darat, laut, dan udara. Ilmu dan pengetahuan yang semakin luas telah memungkinkan perkembangan berbagai macam alat transportasi yang nyaman, cepat, dan dengan tingkat keamanan yang tinggi. Kereta cepat monorel, pesawat terbang, dan speed boat terus mengalami perbaikan demi kenyamanan penumpangnya. Namun demikian, alat transportasi tradisional yang belum menggunakan mesin masih dapat dijumpai dan bertahan sampai saat ini di negara-negara ASEAN, seperti pedati, delman, dan perkembangan teknologi tansportasi membawa perubahan aktivitas manusia yang berakibat terhadap perubahan tata kehidupan. Jumlah orang Indonesia yang pergi ke Malaysia dan Singapura atau sebaliknya semakin meningkat setiap tahunnya. Pesawat bukan lagi alat transportasi yang mahal. Setiap orang dapat menikmati layanan karena harganya yang terjangkau, cepat, dan nyaman. Kapal laut selain digunakan sebagai sarana transportasi, juga saat ini digunakan sebagai sarana wisata. Transportasi darat semakin banyak memberikan alternatif Teknologi KomunikasiKomunikasi merupakan cara manusia saling berhubungan atau berinteraksi. Cara berkomunikasi pertama kali diajarkan oleh ibu kepada anaknya. Bahasa yang diajarkan sang ibu kepada anaknya dinamakan bahasa ibu. Bahasa ibu dapat berupa bahasa Indonesia, bahasa Melayu, bahasa Inggris, atau bahasa lainnya. Ilmu pengetahuan telah berjasa mengubah perkembangan teknologi komunikasi menjadi semakin canggih. Teknologi komunikasi memungkinkan informasi dapat menyebar luas dalam waktu yang singkat. Berbeda dengan keadaan pada masa lalu ketika komunikasi masih menggunakan surat, yang membutuhkan waktu yang lama untuk sampai ke tujuan. Perkembangan teknologi komunikasi sangat menguntungkan karena dapat mengurangi jarak dan waktu. Meskipun demikian, perkembangan teknologi komunikasi dapat juga membawa kerugian, antara lain mengurangi intensitas interaksi secara langsung Budayaa Terjadi akulturasi budaya secara sadar maupun Perubahan sistem nilai dan Terjadinya kecenderungan gaya hidup Aliran-aliran yang bertentangan dengan budaya semakin mudah Keamanana Gangguan kondisi keamanan suatu negara semakin Narkotika dan obat terlarang semakin mendapat Jaringan kelompok perusuh antarnegara semakin mudah diorganisir3. Pengaruh Perubahan Ruang terhadap Kehidupan EkonomiNegara-negara anggota ASEAN mulai menerapkan AFTA ASEAN Free Trade Area dalam kehidupan internasionalnya. Secara ekonomis, pemberlakukan AFTA akan menjadikan kegiatan ekonomi lebih meluas. Produsen beras seperti Thailand dapat dengan mudah mengekspor produknya ke Singapura, Indonesia, dan negara anggota ASEAN lain tanpa dibebani pajak, begitupun sebaliknya. Pilihan konsumsi pun semakin banyak, baik kualitas maupun harganya. Kerja sama negara-negara ASEAN ini mendorong terjadinya perubahan tatanan kerja sama antarnegara dalam bidang ekonomi. Persaingan dalam kegiatan ekonomi menjadi lebih ketat dengan adanya kompetitor dari luar produksi yang dilakukan oleh produsen atau pelaku kegiatan produksi suatu negara ASEAN akan dapat dengan mudah dipasarkan ke negara lain dalam lingkup ASEAN. Contoh, Indonesia dapat dengan mudah dimanfaatkan oleh petani di Thailand dan Myanmar. Produk elektronik Singapura dapat lebih mudah diperoleh oleh masyarakat di negara sama ASEAN menjadikan proses distribusi menjadi lebih jauh jangkauannya. Barang atau jasa yang dihasilkan oleh produsen sampai ke tangan masyarakat konsumen melalui distributor. Perkembangan teknologi transportasi dapat memperpendek jarak dan waktu yang dibutuhkan untuk mendistribusikan barang atau jasa sampai ke tangan konsumen. Lautan luas tidak lagi menjadi penghalang untuk mendistribusikan barang dan jasa. Kemudahan distribusi ini sangat menguntungkan pelaku kegiatan ekonomi dan memungkinkan mereka mendapatkan keuntungan yang lebih besar. Kegiatan distribusi antarnegara dalam bentuk ekspor dan impor yang melibatkan dua negara atau lebih identik dengan pergerakan barang atau jasa antarnegara. Kegiatan ekspor dan impor ini menunjukkan adanya interaksi antarruang negara yang satu dengan negara lainnya. Kegiatan produksi dan distribusi bertujuan memenuhi kebutuhan masyarakat sebagai konsumen. Konsumen adalah pengguna barang atau jasa yang telah diproduksi oleh produsen dan didistribusikan oleh distributor. 4. Pengaruh Konversi Lahan Pertanian ke Industri dan Pemukiman terhadap Perubahan Ruang dan Interaksi Antarruang Konversi lahan pertanian sering terjadi di negara-negara ASEAN dengan laju pertumbuhan penduduk relatif tinggi, seperti Indonesia, Malaysia, Thailand, Vietnam, Laos, Kamboja, dan Filipina. Konversi terjadi terutama di daerah pinggiran kota ataupun area persawahan yang letaknya berdekatan dengan fasilitas umum, seperti di dekat pasar. Konversi lahan pertanian bersifat menular, artinya ketika satu petak lahan telah dikonversi, lahan pertanian di sekitar petak tersebut juga rawan dikonversi. Hal ini berpengaruh terhadap kelangsungan kehidupan masyarakat di daerah Pengaruh Konversi Lahan Pertanian Menjadi Lahan IndustriKonversi lahan pertanian menjadi lahan industri banyak terjadi di negara-negara sedang berkembang, seperti negara-negara ASEAN. Konversi lahan pertanian menjadi lahan industri banyak terjadi di pinggir kota. Biasanya, pemilik perusahaan mendirikan industri di sana karena beberapa alasan, di antaranya sebagai Pembangunan industri lebih memilih lahan yang strategis. Sebagian besar lahan strategis tersebut merupakan lahan Harga lahan pertanian relatif lebih murah dibandingkan dengan lahan Pembangunan industri memilih akses yang lebih Industri dibangun dekat dengan bahan baku lahan pertanian menjadi pilihan yang Faktor sosial dan budaya hukum waris. Konversi lahan pertanian menjadi industri mengakibatkan petani ā€œterusirā€ dari tanah mereka digantikan oleh uang. Awalnya, petani di pedesaan mempunyai tanah, namun kemudian mereka menjadi petani gurem dan tak bertanah. Kondisi ini memengaruhi sistem sosial dan budaya hukum waris yang berorientasi pada nilai uang. Anak-anak petani tidak lagi diwarisi lahan pertanian, tetapi diganti dengan pembagian uang hasil penjualan lahan lahan dalam pembangunan industri memerlukan perhatian beberapa negara industri. Pasalnya, tidak semua industri yang akan atau sudah dibangun berada di lahan yang tepat dan tidak menempati lahan produktif seperti lahan pertanian. Berbagai masalah akan timbul akibat konversi lahan dari lahan pertanian menjadi industri, antara lain1 Lahan pertanian berkurang, yang membuat produktivitas pangan dari pertanian menurun. 2 Lahan pertanian sekitar industri berpotensi terkena imbas pencemaran akibat limbah atau polusi dari industri baik tanah, air, maupun Konversi lahan itu menular, yang mengancam ketersediaan lahan Pengaruh Konversi Lahan Pertanian Menjadi Lahan PermukimanPermukiman menjadi kebutuhan pokok manusia. Semakin banyak jumlah manusia, area permukiman yang dibutuhkan juga semakin luas. Kondisi ini terjadi juga di negara-negara anggota ASEAN. Konversi lahan pertanian menjadi permukiman marak dilakukan di negara-negara ASEAN. Konversi lahan pertanian menjadi permukiman pasti akan menimbulkan dampak, sama seperti konversi lahan pertanian menjadi lahan industri. Biasanya, selalu berdampak negatif apabila dilihat dari sisi fungsi lahan pertanian itu sendiri. Adapun dampak negatifnya itu adalah sebagai Luas lahan pertanian semakin berkurang sehingga produktivitas pangan semakin Petani dan buruh tani kehilangan mata Hilangnya lahan ruang terbuka hijau RTH.4 Berkurangnya lahan resapan airKonversi lahan identik dengan perubahan kondisi ruang. Konversi lahan tidak dapat dicegah karena kebutuhan manusia akan ruang tidak dapat dihindari. Mencegah konversi lahan bisa jadi menghambat pembangunan suatu negara. Oleh karena itu, konversi lahan pertanian harus tetap terjadi. Meskipun demikian, kita harus mengawasi konversi lahan yang terjadi, jangan sampai mengganggu keseimbangan alam, ekosistem, dan kelangsungan hidup sebagian warga negaraDikutip dari buku siswa mata pelajaran IPS terbitan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Kebijakan Pembangunan infrastruktur menjadi salah satu cara yang dilakukan oleh pemerintah untuk melakukan percepatan pembangunan perekonomian. Berbagai infrastruktur telah terbukti mampu memudahkan jalur transportasi di berbagai daerah. Kebijakan tersebut dinilai berpengaruh terhadap alig fungsi lahan. Tidak semua masyarakat ingin mengkonversikan lahannya dengan alasan sebagai sumber mata pencaharian, namun praktek konversi lahan tetap terjadi di Kecamatan Labakkang yang ditetapkan sebagai salah satu wilayah pembangunan. Hal ini karena penetapan kebijakan pembangunan tersebut maka petani harus menjual lahannya kepada pihak proyek demi keperluan pembangunan. Pengadaan tanah untuk kepentingan umum wajib dilakukan oleh pemerintah dan tanahnya selanjutnya dimiliki oleh pemerintah dalam perencanaan pembangunan untuk kepentingan umum. Pembangunan jalur kereta api diformulasikan menjadi sebuah kebijakan, maka rakyat harus dilibatkan dalam proses pembangunan dan rakyat tidak bia menolak karena jalur transportasi secara nasional adalah untuk kepentingan pembangunan untuk mengatasi kemacetan lalu lintas, serta mempercepat pembangunan dan pertumbuhan. Dengan adanya pembangunan jalur kereta api diharapkan dapat mengatasi kemacetan lalu lintas, memperpendek jarak tempuh, mempercepat waktu tempuh. Hal ini yang menjadi komitmen pemerintah dalam membangun insfraktruktur secara merata demi mendukung peningkatan pertumbuhan ekonomi Proses alih fungsi lahan mumnya berlangsung cepat apabila akar pemenuhan kebutuhannya tekait kebutuhan mendasar yaitu prasarana umum yang diprogramkan pemerintah. Pembanguna jalur kereta dilihat dari aspek pemanfaatannya akan memberikan dampak positif terhadap percepatan pembangunan daerah, oleh karena itu masyarakatakan memberikan dukungan terhadap pembangunan tersebut. b. Faktor Penghambat Konversi Lahan Pertanian Isu pembebasan lahan untuk dialih fungsikan menjadi jalur kereta api menjadi faktor penghambat dalam proses pembagunan. Ada beberapa hambatan yang terjadi dalam proses ganti kerugian tanah pembangunan jalur rel kereta api di Kecamatan Labakkang meliputi 1 Kendala birokrasi yang dihadapi dalam proses pemerataan tanah pada masa pemerintahan Pangkep khususnya di Kabupaten Labakkang pada tingkat pemerintahan disebabkan kurangnya kerjasama panitia pengadaan tanah, sedangkan birokrasi di kotamadya dibatasi oleh keadaan tanah dan ahli waris. 2 Pembatasan dalam rangka pemikiran karena perbedaan persepsi yang menjadi dasar penetapan harga tanah, maka negara menetapkan besaran ganti rugi. 3 Hambatan kepentingan, adanya faktor kepentingan politik menjadi salah satu penyebab tertundanya proses ganti rugi bagi penduduk kecamatan Labakkang. 4 Faktor psikologis yang terjadi di Kecamatan Labakkang disebabkan oleh ketidakpuasan masyarakat terhadap keberlangsungan penghidupan mereka. Prasangka negatif masyarakat terhadap pemerintah, yang beranggapan bahwa pemerintah tidak adil dan buram dalam memberikan ganti rugi kepada masyarakat. Apapun yang menjadi alasan petani untuk tidak menerima kehadiran pembangunan jalur kereta api, akan tetapi sebagai masyarakat yang penuh keterbatasan baik dari sisi pendidikan, ekonomi dan status sosialnya, maka petani tetap menyambut kehadiran pembangunan tersebut tersebut dengan sikap pesimis. Karena, mereka diharuskan menyerahkan tanah yang selama ini menghidupi keluarganya dengan harga yang tidak seimbang. Untuk mengatasi bentuk interaksi tersebut perlu dilaksananakan sosialisasi dengan mekanisme kotrol sosial. Menurut Persons, mekanisme sosialisasi merupakan alat untuk menanamkan pola kultural dan sebagainya melaui mediasi. Dengan proses ini anggota msyarakat akan menerima norma-norman yang ada. Mekanisme kontrol mencakup sistem sosial sehingga perbedaan-perbedaan dan ketegangan-ketegangan yang ada dalam masyarakat bisa terselesaikan. Tabel Tabel Interpretasi No Rumusan Masalah Konsep / Hasil Penelitian Wawancara Teori Interpertasi / Keterkaitan saluran irigasi yang berdampak sehingga akan kelangsungan kelangsungan ketegangan-ketegangan yang ada dalam masyarakat bisa terselesaikan. 77 BAB V PENUTUP KESIPULAN 1. Dampak sosial yang ditimbulkan dari alih fungsi lahan yaitu adanya kecemburuan antar masyarakat mengenai perbedaan harga ganti rugi yang diterima msyarakat, selain itu juga pembagunan jalur kereta api terhadap sawah yang menjadi jalur mengakibatkan banyaknya lahan kering karena saluran irigasi yang terganggu akibat adanya alih fungsi lahan. Dampak ekonomi akibat adanya konversi lahan adalah berkurangnya hasil panenen karena sebagian lahan sudah dialih fungsikan. Hal ini dipengaruhi oleh jumlah produksi padi dan nilai dari produksi padi yang dihasilkan dari wilayah tersebut menurun. Jumlah produksi padi yang menurun dikarenakan sebagian lahan dikonversikan untuk pembangunan jalur. 2. Aadapun dinamika sosial yang terjadi dalam pembangunan jalur kereta api yaitu perubahan pada mata pencaharian masyarakat dengan memanfaatkan kompensasi yang diterima untuk membuka usaha baru. Perubahan kekuasaan lahan juga terjadi akibat sebagian lahan diambil alih oleh pemerintah dalam pemenuhan kebutuhan pembangunan jalur kereta api. 3. Faktor pendorong terjadinya alih fungsi lahan karena adanya kebijakan dari pemerintah untuk melakukan pembangunan di jalur kera api Makassar-Pare-pare untuk kepentingan umu dalam menunjang pertumbuhan dan perkembangan ekonomi daerah. Disamping faktor pendorong juga terdapat faktor penghambat lantaran masyarakat merasa tidak puas terhadap uang ganti rugi yang diberikan karena tidak sesuai sehingga masyarakat melakukan aksi demo kepada pemerintah, hal tersebut menjadi penghambat karena masalah tersebut harus diselesaikan terlebih dahulu agar dapat melanjutkan proses alih fungsi lahan. SARAN 1. Kepada Pemerintah untuk lebih memperhatikan rumusan kebijakan pembangunan yang berwawasan lingkungan agar tidak menimbilkan dampak buruk pada kualitas lingkungan dan kehidupan masyarakat. 2. Kepada Masyrakat untuk memberikan dukungan terhadap pembangunan jalur kereta api Makassar-Pare-pare dan mendukung program-program pemerintah dalam memajukan kesejahteraan umum, serta meningkatkan pendidikan. 3. Kepada Pihak Proyek diharapkan lebih mempertimbangkan kembali jumlah uang ganti rugi yang diberikan kepada masyarakat terdampak agar sesuai dengan kondisi lahan yang dimiliki masyarakat. 4. Diharapkan jika kedepannya untuk peneliti yang lain meneliti hal yang sama, untuk mengkaji lebih dalam mengenai dampak konversi lahan pertanian terhadap kondisi sosial masyarakat yang bekerja sebagai petani. Daftar Pustaka Agus, F. 2004. Konversi dan Hilangnya Multi Fungsi Lahan Sawah. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian Bogor Arifin, M. Z. 2018. Jurnal Thengkyang. Pengelolaan Anggaran Pembangunan Desa Di Desa Bungin Tinggi, Kecamatan Sirah Pulau Padang, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan. 11, 1–21. Ashari 2003. Jurnal Forum Penelitian Agro Ekonomi. Tinjauan tentang Alih Fungsi Lahan Sawah Ke Non Sawah Dan Dampaknya Di Pulau Jawa. 212, 84 BPS Kabupaten Pangkep. 2018. Kecamatan Labakkang dalam Angka. Pangkep BPS Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan BPS Kabupaten Pangkep. 2019. Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Dalam Angka. Pangkep BPS Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Banowati, Eva. 2018. Geografi Sosial. Yogyakarta Ombak. Creswell. John W. 2016. Research Design Pendekatan Metode Kualitatif, Kuantitatif, dan Campuran. Yogyakarta Pustaka Belajar Darwis, 2020. "Perubahan Sosial Masyarakat Kecamatan Soppeng Riaja Kabupaten Barru Akibat Pembangunan Jalur Kereta Api Makassar – Parepareā€. Tesis Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Pascasarjana, Universitas Negeri Semarang, Semarang. Dura, J. 2016. Jurnal Ilmiah Bisnis Dan Ekonomi Asia. Pengaruh Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Alokasi Dana Desa, Kebijakan Desa, Dan Kelembagaan Desa Terhadap Kesejahteraan Masyarakat. 102, 26–32. Fitriah, dkk 2018. Analisis Perbandingan Biaya Pengangkutan Peti Kemas Menggunakan Moda Truk, Kereta Api dan Kapal Provinsi Sulawesi Selatan. Jurnal Penelitian Enjiniring, 221 Gilarso. 1991. Pengantar Ilmu Ekonomi. Yogyakarta Anggota IKAPI Indrawati, E. S. 2015. Jurnal Psikologi Undig. Status Sosial Ekonomi Dan Intensitas Komunikasi Keluarga Pada Ibu Rumah Tangga Di Panggung Kidul Semarang Utara. 141, 54 Lapatandau, dkk. 2018. Jurnal. Alih Fungsi Lahan Pertanian Di Kabupaten Minahasa Utara, 132A, 2 Lestari, & Asmara, A. 2014. Jurnal Agribisnis Indonesia. Dampak Pembangunan Infrastruktur Jalan Dan Variabel Ekonomi Lain Terhadap Luas Lahan Sawah Di Koridor Ekonomi Jawa, 2 1, 26 Moleong, Lexy. J. 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung Remaja Rosda Karya M. Setiadi, Elly. & Usman Kolip. 2011. Pengantar Sosiologi Pemahaman Fakta dan Gejala Permasalahan Sosial Teori, Aplikasi, dan Pemecahannya. Jakarta Kencana Nasrul, dkk 2018. Jurnal Pattingalloang, Transportasi Kereta Api Rute Makassar-Takalar 1922-1930. 53, 1–11 Nurfadillah. 2016. ā€œDampak Pembangunan Rel Kereta Api Terhadap Perubahan Perilaku Masyarakat Di Kelurahan Mangempang Kecamatan Barru Kabupaten Barruā€. Skripsi. Jurusan Sosiologi Agama, Fakultas Ushuluddin, Filsafat dan politik, UIN Alauddin, Makassar. Pangi, Joris. 2020. Jurnal Holistik. Kehidupan Sosial Ekonomi Petani Di Desa Maliku Satu Kecamatan Amurag Timur Kabupaten Minahasa Selatan. 131, 3. Poniman. 2015. Sosial Ekonomi Keluarga dan Hubungannya dengan Prestasi Belajar Anak di SMK Telkom Sandhy Putra Medan. Skripsi. Universitas Sumatera Utara Pramudiana, 2017. Asketik. Dampak Konversi Lahan Pertanian Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Petani Dikecamatan Tikung Kabupaten Lamongan, 1 2 Ritzer, George, 2002. Sociology A Multiple Paradigm Science, Alimandan penterjemah Sosiologi Berparadigma Ganda, Raja Graindo Persada. Jakarta. Rosyidi, Sri 2015. Rekayasa Jalan Kereta Api, Tinjauan Struktur Jalan Rel. Yogyakarta Lembaga Penelitian, Publikasi & Pengabdian Masyarakat Soekanto, Soerjono. 2015. Sosiologi Sebuah Pengantar. Jakarta Rajawali Pers. Suardi, Nursalam, Syarifuddin. 2016. Teori Sosiologi Klasik, Modern, Posmodern, Saintik, Hereneutik, Kritis, Evaluatif dan Integratif. Makassar Writing Revolution Syahrum, Salim. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung Citapustaka Media Wahyu, M. B. 2018. Jurnal Metris. Pendekatan Manajemen Program dengan Menggunakan Maeutic Machine dalam Percepatan Pencapaian Proyek Strategis Nasional RPJMN 2015-2019. 192018, 65–70. Widhiantini 2018. Jurnal Manajemen Agribisnis. Kajian Teoritis Dinamika Konversi Lahan Pertanian, 2 2 Widjanarko. 2006. Aspek Pertanahan Dalam Pengendalian Alih Fungsi Lahan Pertanian Sawah. Jakarta Pusat Penelitian Dan Pengembangan Wijaya, Saputra. 2015. E- Jurnal Ekonomi Dan Bisnis Universitas Udayana. Studi Alih Fungsi Lahan dan Dampaknya Terhadap Sosial Ekonomi Petani Jambu Mete Di Kecamatan Kubu Kabupaten Karangasem. 048, 557 L A M P I R A N Lampiran 1 PEDOMAN OBSERVASI Seiring dengan peningkatan jumlah penduduk dan perkembangan struktur perekonomian, kebutuhan lahan untuk kegiatan nonpertanian cenderung terus meningkat. Kecenderungan tersebut menyebabkan alih fungsi lahan pertanian sulit dihindari. Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui 1 faktor-faktor yang menjadi pendorong alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian baik secara internal maupun eksternal, dan 2 Alternatif kebijakan dalam rangka pengendalian alih fungsi lahan. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah deskripitif kualitatif dengan menggunakan teori yang sudah ada. Hasil analisis menyimpulkan bahwa faktor-faktor yang mendorong terjadinya alih fungsi lahan teridiri dari faktor internal dan eksternal, faktor internal lebih melihat sisi yang disebabkan oleh kondisi sosial-ekonomi rumah tangga pertanian pengguna lahan dan faktor eksternal merupakan faktor yang disebabkan oleh adanya dinamika pertumbuhan perkotaan, demografi maupun ekonomi. Alternatif kebijakan untuk pengendalian alih fungsi lahan yaitu dengan melaksanakan aspek regulasi yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat maupun daerah yang berkaitan dengan perubahan fungsi lahan pertanian yang sesuai dengan spesifik lokasi. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Seminar Nasional ā€œPENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAN DAYA SAING KOMODITASPERTANIANā€Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian Universitas Galuh, 1 April 2017PROSIDINGSEMINAR NASIONALHASIL PENELITIAN AGRIBISNIS Iā€œPENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAN DAYA SAINGKOMODITAS PERTANIANā€Tim EditorAgus Yuniawan IsyantoZulfikar NoormansyahTrisna Insan NoorHj. Dini RochdianiDedy SufyadiDani Lukman HakimMochamad RamdanDedi Herdiansah HardiyantoCecep PardaniMuhamad Nurdin YusufFitri YurohIda MaersarohDede Ahmad FaridDiterbitkan olehPROGRAM STUDI AGRIBISNISFAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS GALUH CIAMIS2017 SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 577TREN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN KE NONPERTANIANā€œFaktor dan Alternatif Kebijakanā€œHendar NuryamanFakultas Pertanian Universitas SiliwangiEmail hendarnuryaman dengan peningkatan jumlah penduduk dan perkembangan struktur perekonomian,kebutuhan lahan untuk kegiatan nonpertanian cenderung terus meningkat. Kecenderungantersebut menyebabkan alih fungsi lahan pertanian sulit dihindari. Secara umum penelitian inibertujuan untuk mengetahui 1 faktor-faktor yang menjadi pendorong alih fungsi lahan pertanianke non pertanian baik secara internal maupun eksternal, dan 2 Alternatif kebijakan dalam rangkapengendalian alih fungsi lahan. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah deskripitif kualitatifdengan menggunakan teori yang sudah ada. Hasil analisis menyimpulkan bahwa faktor-faktoryang mendorong terjadinya alih fungsi lahan teridiri dari faktor internal dan eksternal, faktor internallebih melihat sisi yang disebabkan oleh kondisi sosial-ekonomi rumah tangga pertanian penggunalahan dan faktor eksternal merupakan faktor yang disebabkan oleh adanya dinamika pertumbuhanperkotaan, demografi maupun ekonomi. Alternatif kebijakan untuk pengendalian alih fungsi lahanyaitu dengan melaksanakan aspek regulasi yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat maupundaerah yang berkaitan dengan perubahan fungsi lahan pertanian yang sesuai dengan Kunci Alih fungsi, Faktor, Kebijakan1. PENDAHULUANSektor pertanian telah memberikansumbangan besar dalam pembangunannasional, seperti peningkatan ketahanannasional, penyerapan tenaga kerja,peningkatan pendapatan masyarakat,peningkatan Pendapatan DomestikRegional Bruto PDRB, perolehan devisamelalui ekspor-impor dan dengan peningkatan jumlahpenduduk dan perkembangan strukturperekonomian, kebutuhan lahan untukkegiatan nonpertanian cenderung terusmeningkat. Kecenderungan tersebutmenyebabkan alih fungsi lahan pertaniansulit dihindari. Rhina dan Susi 2012,menyatakan Alih fungsi lahan pertaniantelah menjadi isu global tidak hanya diNegara berkembang yang masihbertumpu pada sektor pertanian, namunjuga di negara maju untuk menghindariketergantungan terhadap impor produkpertanian. Dalam prosesnya, alih fungsilahan pertanian senantiasa berkaitan eratdengan ekspansi atau perluasan kasus menunjukkan jikadi suatu lokasi terjadi alih fungsi lahan,maka dalam waktu yang tidak lama lahandi sekitarnya juga beralih fungsi secaraprogresif. Menurut Irawan 2005, haltersebut disebabkan oleh dua sejalan dengan pembangunankawasan perumahan atau industri disuatu lokasi alih fungsi lahan, makaaksesibilitas di lokasi tersebut menjadisemakin kondusif untuk pengembanganindustri dan pemukiman yang akhirnyamendorong meningkatnya permintaan SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 578lahan oleh investor lain atau spekulantanah sehingga harga lahan di sekitarnyameningkat. Kedua, peningkatan hargalahan selanjutnya dapat merangsangpetani lain di sekitarnya untuk menjuallahan. Wibowo 1996, menambahkanbahwa pelaku pembelian tanah biasanyabukan penduduk setempat, sehinggamengakibatkan terbentuknya lahan-lahanguntai yang secara umum rentanterhadap proses alih fungsi empiris lahan pertanianyang paling rentan terhadap alih fungsiadalah sawah. Hal tersebut disebabkanoleh 1 kepadatan penduduk dipedesaan yang mempunyaiagroekosistem dominan sawah padaumumnya jauh lebih tinggi dibandingkanagroekosistem lahan kering, sehinggatekanan penduduk atas lahan juga lebihtinggi; 2 daerah pesawahan banyakyang lokasinya berdekatan dengandaerah perkotaan; 3 akibat polapembangunan di masa sebelumnya,infrastruktur wilayah pesawahan padaumumnya lebih baik dari pada wilayahlahan kering; dan 4 pembangunanprasarana dan sarana pemukiman,kawasan industri, dan sebagainyacenderung berlangsung cepat di wilayahbertopografi datar, dimana pada wilayahdengan topografi seperti itu terutama diPulau Jawa ekosistem pertaniannyadominan areal persawahan Iqbal danSumaryanto, 2007.Menurut PUSPIJAK 2012beberapa penelitian menyimpulkanbahwa keadaan sosial, ekonomi, dankebijakan pemerintah dalam membuataturan pembangunan suatu sektor ataupembangunan nasional dapatmengakibatkan perubahan alih fungsi lahan pertanian didaerah dengan produktivitas rendahtidaklah terlalu mengancam produksipangan. Namun ketika alih fungsi lahanpertanian menjadi kawasan non pertanianterjadi di lahan beririgasi denganproduktivitas tinggi maka hal inimerupakan ancaman bagi ketersediaanpangan khususnya bahan makananpokok penduduk beras, Rhina dan Susi2012.Berdasarkan uraian diatas, padatulisan ini ingin dipelajari faktor-faktor apayang menjadi pendorong alih fungsi lahanpertanian ke non pertanian baik secarainternal maupun eksternal serta alternatifkebijakan dalam rangka pengendalian alihfungsi lahan. Akan tetapi dalam hal inipenulis tidak membahas mengenaidampak yang ditimbulkan dari adanya alihfungsi lahan METODE PENELITIANPendekatan penelitian yangdigunakan adalah deskripitif kualitatifdengan menggunakan teori-teori danhasil kajian yang sudah ada, data yangdigunakan adalah data sekunder daribeberapa tulisan yang mengupasmengenai alih fungsi lahan, studikepustakaan yaitu dilakukan dengan SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 579mengkaji beberapa literatur yangmendukung penelitian ini. Sekaran2010, mendefinisikan literature reviewsebagai tahapan proses yang didalamnyaterdiri dari identifikasi terhadap hasil kerjabaik yang dipublikasikan maupun tidakdari berbagai sumber data sekunder,melakukan evaluasi terhadap hasil kerjatersebut dalam kaitannya denganmasalah, dan yang terakhirmendokumentasikan HASIL DAN Faktor-faktor Pendorong AlihFungsi LahanAlih fungsi lahan merupakanperubahan untuk penggunaan lain yangdisebabkan oleh faktor-faktor yang secaragaris besar meliputi keperluan untukmemenuhi kebutuhan penduduk yangsemakin bertambah jumlahnya, danmeningkatnya tuntutan akan mutukehidupan yang lebih baik. Alih fungsilahan disebabkan oleh beberapa faktordiantaranya Faktor InternalFaktor internal adalah faktor daridalam, faktor ini lebih melihat sisi yangdisebabkan oleh kondisi sosial ekonomirumah tangga pertanian pengguna petani yang mencangkupumur, tingkat pendidikan, jumlahtanggungan keluarga, luas lahan yangdimiliki dan tingkat ketergantunganterhadap zaman yang semakin modern initidak dipungkiri para generasi muda lebihmemilih bekerja di bidang industri danperkantoran daripada bekerja di bidangpertanian. Hal ini menyebabkan daerahperdesaan yang bergerak di bidangpertanian kekurangan tenaga kerjaproduktif, karena ditinggal ke kota. Selainitu, semakin meningkatnya biayaoperasional dalam pengolahan lahanpertanian juga menyebabkan para petanimengalami kerugian, sehingga merekalebih memilih untuk beralih profesi danmenjual lahan pertaniannya sehinggaberalih fungsi menjadi lahan Faktor EksternalFaktor eksternal atau faktor dari luarmerupakan faktor yang disebabkan olehadanya dinamika pertumbuhanperkotaan, demografi maupun dalam hal ini yang dimaksud kedalam faktor-faktor tersebut aPertumbuhan perkotaan yang dimaksudadalah semakin padatnya daerahperkotaan maka akan terjadi ekspansi kedaerah pinggiran ataupun belakang sebagai daerah belakang kotayang memasok kebutuhan pangan kotaakan mulai terdesak dan tergerus akibatpertumbuhan dan perkembangan kotayang semakin pesat, sehingga lahan-lahan produktif pertanian yang berada didesa akan berubah fungsi menjadisebagai lahan permukiman ataupunindustri, b Demografi ataukependudukan yang dimaksud disiniadalah semakin meningkatnyapertumbuhan dan jumlah penduduk yang SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 580menyebabkan semakin meningkatnyapermintaan akan lahan yang akandigunakan sebagai perumahan atautempat tinggal. Pesatnya pembangunandianggap sebagai salah satu penyebabmenurunnya pertumbuhan produksi hasilpertanian khususnya produksi padi, cFaktor ekonomi merupakan faktorsemakin meningkatnya kebutuhan akanlahan di bidang ekonomi baik itudigunakan sebagai kegiatan pariwisatamaupun perdagangan. Selain itu, tekananekonomi pada saat krisis ekonomi jugadapat menyebabkan terjadinya alih fungsilahan. Hal tersebut menyebabkan banyakpetani menjual asetnya baik itu berupaladang, kebun maupun sawah untukmemenuhi kebutuhan hidupnya yangberdampak meningkatkan alih fungsilahan sawah dan makin meningkatkanpenguasaan lahan pada pihak-pihakpemilik modal atau Faktor KebijakanFaktor kebijakan berkaitan denganaspek peraturan regulasi yangdikeluarkan oleh pemerintah pusatmaupun daerah yang berkaitan denganperubahan fungsi lahan pada aspek regulasi itusendiri terutama terkait dengan masalahkekuatan hukum, sanksi pelanggaran danakurasi objek lahan yang dilarangdikonversi. Selain itu, kurangnya aksinyata hanya wacana semata dan tidakjelasnya langkah pemerintah dalammeminimalisir kegiatan yangmenyebabkan terjadinya alih fungsi lahanpertanian menjadi semakin banyak danmaraknya lahan yang ketiga faktor di atas, adabeberapa faktor lain lagi yangmenyebabkan terjadinya alih fungsi lahanpertanian, diantaranya1. Faktor kependudukanPesatnya peningkatan jumlahpenduduk telah meningkatkan permintaantanah untuk perumahan, jasa, industri danfasilitas umum Kebutuhan lahan untuk non pertanianKebutuhan lahan untuk kegiatannon pertanian antara lain pembangunanreal estate, kawasan industri, kawasanperdagangan dan jasa-jasa lainnya yangmemerlukan lahan yang luas, sebagiandiantaranya berasal dari lahan pertanianyang masih dikategorikan produktiftermasuk Faktor ekonomiFaktor ekonomi lebih didasarkankarena tingginya nilai sewa tanah landrent yang diperoleh dari aktivitas sektornon pertanian dibandingkan Faktor sosial budayaFaktor sosial budaya yang berkaitandengan adanya alih fungsi lahan antaralain keberadaan hukum waris yangmenyebabkan terfragmentasinya lahanpertanian, sehingga tidak memenuhibatas minimum skala ekonomi usahayang Lemahnya fungsi kontrol danpemberlakuan peraturan oleh lembagaterkait. SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 5816. Otonomi daerahOtonomi daerah yangmengutamakan pembangunan padasektor menjanjikan keuntungan jangkapendek lebih tinggi guna meningkatkanPendapatan Asli Daerah PAD, yangkurang memperhatikan kepentinganjangka panjang dan kepentingan nasionalyang sebenarnya penting bagimasyarakat secara Kurangnya minat generasi muda dibidang pertanianBeberapa golongan masyarakatmenganggap bahwa sektor pertanianadalah sektor minim penghasilan danberada dikelas bawah untuk golonganpekerjaan, bahkan tidak jarangmasyarakat Indonesia menganggappetani hanyalah untuk mereka yang tidakambil bagian dibidang Strategi Pengendalian Alih FungsiLahan PertanianPenyebab terjadinya alih fungsilahan pertanian bisa dikatakan bersifatmultidimensi. Oleh karena itu, upayapengendaliannya tidak mungkin hanyadilakukan melalui satu pendekatan tersebut mengingat lahan yang adamempunyai nilai yang berbeda, baikditinjau dari segi jasa service yangdihasilkan maupun beragam fungsi yangmelekat di dalamnya. Sehubungandengan hal tersebut, Pearce and Turner1990 merekomendasikan tigapendekatan secara bersamaan dalamkasus pengendalian alih fungsi lahankhususnya sawah wetland, yaitumelalui 1 regulation; 2 acquisition andmanagement; dan 3 incentive andcharge.1RegulationMelalui pendekatan ini pengambilkebijakan perlu menetapkan sejumlahaturan dalam pemanfaatan lahan yangada. Berdasarkan berbagai pertimbanganteknis, ekonomis dan sosial, pengambilkebijakan bisa melakukan pewilayahanzonasi terhadap lahan yang ada sertakemungkinan bagi proses alih itu, perlu mekanisme perizinanyang jelas dan transparan denganmelibatkan semua pemangkukepentingan yang ada dalam proses alihfungsi tatanan praktisnya, pola ini telahditerapkan pemerintah melalui penetapanRencana Tata Ruang Wilayah danpembentukan Tim Sembilan di tingkatkabupaten dalam proses alih fungsilahan. Sayangnya, pelaksanaan dilapangan belum sepenuhnya konsistenmenerapkan aturan yang ada.2Acquisition and ManagementMelalui pendekatan ini pihak terkaitperlu menyempurnakan sistem danaturan jual beli lahan sertapenyempurnaan pola penguasaan lahanland tenure system yang ada gunamendukung upaya kearahmempertahankan keberadaan lahanpertanian. SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 5823Incentive and ChargesPemberian subsidi kepada parapetani yang dapat meningkatkan kualitaslahan yang mereka miliki, sertapenerapan pajak yang menarik bagi yangmempertahankan keberadaan lahanpertanian, merupakan bentuk pendekatanlain yang disarankan dalam upayapencegahan alih fungsi lahan itu, pengembangan prasaranayang ada lebih diarahkan untukmendukung pengembangan kegiatanbudidaya pertanian berikut selama ini penerapanperundang-undangan dan peraturanpengendalian alih fungsi lahan kurangberjalan efektif, serta berpijak pada acuanpendekatan pengendalian sebagaimanadikemukakan di atas, maka perludiwujudkan suatu kebijakan alternatif tersebut diharapkanmampu memecahkan kebuntuanpengendalian alih fungsi lahansebelumnya. Adapun komponennyaantara lain instrumen hukum danekonomi, zonasi dan inisiatif hukum meliputipenerapan perundang-undangan danperaturan yang mengatur mekanisme alihfungsi lahan. Sementara itu, instrumenekonomi mencakup insentif, disinsentif,dan kompensasi. Pelibatan masyarakatseyogyanya tidak hanya terpaut padafenomena di atas, namun mencakupsegenap lapisan pemangku SIMPULAN DAN SimpulanFaktor-faktor yang mendorongterjadinya alih fungsi lahan terbagi kedalam dua bagian, yaitu 1 FaktorInternal, faktor ini lebih melihat sisi yangdisebabkan oleh kondisi sosial-ekonomirumah tangga pertanian pengguna didalamnya karakteristik petaniyang mencangkup umur, tingkatpendidikan, jumlah tanggungan keluarga,luas lahan yang dimiliki dan tingkatketergantungan terhadap lahan. 2Faktor Eksternal, Merupakan faktor yangdisebabkan oleh adanya adanya dinamikapertumbuhan perkotaan, demografimaupun alternatif kebijakan untukpengendalian alih fungsi lahan yaitudengan melaksanakan aspek regulasiyang dikeluarkan oleh pemerintah pusatmaupun daerah yang berkaitan denganperubahan fungsi lahan pertanian yangsesuai dengan spesifik lokasi. Adapunkomponennya antara lain instrumenhukum dan ekonomi, zonasi dan SaranAdapun saran yang dapat diberikandalam tulisan ini adalah 1 Pemerintahhendaknya lebih serius menanggapipermasalahan terkait alih fungsi lahan,utamanya dalam menetepkan suatukebijakan dan aturan perundang-undangan, 2 Masyarakat hendaknyamenyadari pentingnya lahan pertanianuntuk memenuhi kebutuhan pangan. SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 5835. DAFTAR PUSTAKAIqbal M. dan Sumaryanto. 2007. StrategiPengendalian Alih Fungsi LahanPertanian Bertumpu PadaPartisipasi Masyarakat. AnalisisKebijakan Pertanian. Volume 5 Juni 2007 167-182Irawan, B. 2005. Konversi Lahan Sawah Potensi Dampak, PolaPemanfaatannya, dan FaktorDeterminan. Forum Penelitian AgroEkonomi Volume 23, Nomor 1, Juni2005. Pusat Analisis SosialEkonomi dan Kebijakan dan Turner. of Natural ResourcesEnvironment. HarvesterWheatsheaf. Penelitian Dan PengembaganPerubahan Iklim Dan KebijakanPUSPIJAK Dan Forest carbonpartnership facility FCPF. Time Series Faktor-faktorSosial Ekonomi dan Kebijakanterhadap Perubahan PenggunaanLahan Analisis Time Series Faktor-faktor Sosial Ekonomi danKebijakan terhadap PerubahanPenggunaan Lahan. dan Susi W. 2012. Tren AlihFungsi Lahan Pertanian DiKabupaten Klaten. Jurnal SEPA Vol. 8 No. 2 Pebruari 2012 51 –182 ISSN 1829-9946Sekaran, Uma 2010. Research methodfor business A skill buildingapproach, 4th edition, John Wiley & 1996. Analisis PolaKonversi Sawah Serta DampaknyaTerhadap Produksi Beras StudiKasus di Jawa Timur. JurusanTanah, Fakultas Pertanian, ... Indonesia as the 4 th largest population in the world with continuous growing, settlements and industries are growing too. Those drive the changing of agricultural land to settlements and industries area [1]. In Indonesia the land changing trend is increasing. ...... The external factors include city movement the higher the density means the city will expand the area to surrounding area, demographics the increase of population lead the land need to increase and economic the land need for economic activity is increase. The last factor is policy regarding the land use change by government [1]. ... Zuhud RozakiEconomic development can affect many factors, such as agriculture and industry. These two sectors can significantly affect the economic health. Population growth encourages the employment opportunities to be increased. Industry becomes an area that can provide many job vacancies, but extend the industry is not easy because the side effect often takes agricultural land for operation. Industry in Special Region of Yogyakarta DIY is also growing like in other places. The land is changing from agricultural land to other functions. This phenomenon is gradually increasing year by year. This study aims to analyze the correlation between the industry growth and the decrease of agricultural land. The data from 2001 to 2016 were analyzed to know the correlation. The results ilustrate that there are significant correlations between industry growth and the decrease of agricultural land in Kulonprogo District, Bantul District, Sleman District, and Gunung Kidul District which are known as food production centers in DIY. Yogyakarta City does not have many agricultural lands, therefore there is no correlation between the industry growth and the decrease of agricultural land area. Therefore, develope the industry must consider the land that is used for expansion.... This is also exacerbated by erosion, especially by water and wind Saturday 2018. The higher value of land for non-agriculture economic problems and in addition to the decreasing ability of land ecological problems were the reasons for the owner to change or sell it Nurhidayah and Karjoko 2017;Nuryaman 2017. This of course, exacerbated food problems in terms of quantity and quality of the land. ...Pekarangan as one of the potential natural resources and closest to the family can be the right and strategic choice to be used in realizing family-scale food resiliency. The research was conducted in Transmigration area of East Lampung from June 2021 to December 2021. The determination of the pekarangan sample by purposive sampling was carried out on four transmigration ethnics, the Javanese 100 samples, the Sundanese 100 samples, the Balinese 100 samples , and the Madurese 13 population, as well as local transmigration, the Lampungnese 100 samples. Pekarangan model is determined from species diversities on agroforestry system and its plant multistorey condition. The results of identification found three agroforestry systems as a pekarangan model, the agroforest system Maduranese pekarangan, agrosilvopastoral Balinese, Javanese, and Lampungnese pekarangans, and agrosilvopastoralfishery Sundanese pekarangan. Each agroforestry system contributed to food sources by agroforest, to agrosilvopastoral, and agrosilvopastoralfishery.Bambang Irawanstrong>English Conversion of wetland area into non-agricultural uses raises economic, social, and environmental problems. This phenomenon is a serious problem for food security because it is unavoidable and its impact on food production decrease is permanent, accumulative, and progressive. To control wetland conversion the government launched many regulations but this formal approach seems ineffective due to various factors. Accordingly, policies revitalization including economic and social approaches should be developed. Principally, future policy of wetland conversion should be intended 1 to reduce economic and social factors that stimulate conversion of wetland area, 2 to control the acreage, location, and type of wetland area conversed in order to minimize the negative impacts, and 3 to neutralize negative impacts through investments funded by the private companies involved in the conversion. Indonesian Konversi lahan sawah ke penggunaan nonpertanian seperti kompleks perumahan, kawasan industri, kawasan perdagangan, dan sarana publik dapat menimbulkan dampak negatif secara ekonomi, sosial, dan lingkungan. Bagi ketahanan pangan nasional, konversi lahan sawah merupakan ancaman yang serius, mengingat konversi lahan tersebut sulit dihindari sementara dampak yang ditimbulkan terhadap masalah pangan bersifat permanen, kumulatif, dan progresif. Banyak peraturan yang diterbitkan pemerintah untuk mengendalikan konversi lahan sawah tetapi pendekatan yuridis tersebut terkesan tumpul akibat berbagai faktor. Sehubungan dengan itu maka diperlukan revitalisasi kebijakan dalam mengendalikan konversi lahan melalui pengembangan pendekatan ekonomi dan pendekatan sosial. Pada intinya kebijakan pengendalian konversi lahan di masa yang akan datang perlu diarahkan untuk mencapai tiga sasaran yaitu 1 menekan intensitas faktor sosial dan ekonomi yang dapat merangsang konversi lahan sawah, 2 mengendalikan luas, Iokasi, den jenis lahan sawah yang dikonversi dalam rangka memperkecil potensi dampak negatif yang ditimbulkan, dan 3 menetralisir dampak negatif konversi lahan sawah melalui kegiatan investasi yang melibatkan dana perusahaan swasta pelaku konversi SekaranIntroduction to research - Scientific investigation - The research process steps 1 to 3 the broad problem area, preliminary data gathering, problem definition - The research process steps 4 and 5 theoretical framework hypothesis development - The research process step 6 elements of research design - Experimental designs - Measurement of variables operational definition and scales - Measurement scaling, reliability, validity - Data collection methods - Sampling - Data analysis and interpretation - The research report - Managerial decision making and researchStrategi Pengendalian Alih Fungsi Lahan Pertanian Bertumpu Pada Partisipasi MasyarakatM IqbalSumaryantoIqbal M. dan Sumaryanto. 2007. Strategi Pengendalian Alih Fungsi Lahan Pertanian Bertumpu Pada Partisipasi Masyarakat. Analisis Kebijakan Pertanian. Volume 5 No. 2, Juni 2007 167-182Tren Alih Fungsi Lahan Pertanian Di Kabupaten KlatenU RhinaW Dan SusiRhina dan Susi W. 2012. Tren Alih Fungsi Lahan Pertanian Di Kabupaten Klaten. Jurnal SEPA Vol. 8 No. 2 Pebruari 2012 51 -182 ISSN 1829-9946Analisis Pola Konversi Sawah Serta Dampaknya Terhadap Produksi Beras Studi Kasus di Jawa TimurS C WibowoWibowo, 1996. Analisis Pola Konversi Sawah Serta Dampaknya Terhadap Produksi Beras Studi Kasus di Jawa Timur. Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, IPB. Bogor. Jakarta - ASEAN atau Association of Southeast Asian Nations adalah organisasi antar negara-negara di Asia Tenggara dalam yang dibentuk pada 8 Agustus 1967 di Bangkok, ASEAN terdiri dari 10 negara yakni Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, Brunei Darussalam, Vietnam, Laos, Myanmar, dan sama antar negara ASEAN dilakukan dalam jenis bidang ekonomi, sosial, politik, pendidikan, budaya dan masih banyak lagi. Tujuan Kerjasama ASEANMengutip modul Ilmu Pengetahuan Sosial IPS Paket A Setara SD/MI Kelas VI, oleh Peavey Marisha, tujuan kerjasama ASEAN adalah sebagai berikutTujuan kerjasama ASEAN antara lain Mempercepat pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial, dan pengembangan kebudayaan dalam wilayah negara perdamaian, stabilitas, menghormati keadilan anggota negara ASEAN di kawasan, hingga patuh pada piagam aktif untuk saling membantu masalah yang menjadi kepentingan bersama di bidang-bidang ekonomi, sosial, teknik,administrasi dan ilmu dalam bentuk studi pelatihan dan fasilitas hubungan baik dengan organisasi internasional, yang memiliki tujuan dan visi yang sama, guna membuka peluang untuk hubungan yang lebih Pendorong Kerjasama Antar Negara ASEANFaktor pendorong kerja sama antar negara ASEAN didasari oleh kesamaan maupun perbedaan potensi alam dan manusia setiap dari modul Kemdikbud "Ilmu Pengetahuan Sosial" oleh Mukminan, dkk, berikut adalah faktor pendorong kerja sama antar negara ASEAN1. Sumber Daya AlamSumber daya alam menjadi faktor utama untuk mendorong terbentuknya kerja sama antar negara di Indonesia merupakan negara agraris yang kaya akan hasil pertanianya, Untuk itu Indonesia mengekspor hasil pertanian ke Singapura untuk memenuhi kebutuhan negara tujuan Kondisi GeografisPerbedaan dan kesamaan letak wilayahgeografis, beberapa negara di suatu kawasan pada umumnya menjadi alasan mengadakan kerja sama untuk menjaga stabilitas dan keamanan ASEAN sebagian besar memiliki wilayah laut dengan luas sekitar km², dengan luas daratannya ± km². Letak tersebut memberikan sumbangan hasil laut cukup besar bagi pendapatan masyarakat di negara-negara Penghambat Kerjasama Antarnegara ASEANAdapun faktor penghambat kerja sama di kawasan ASEAN adalah1. Perbedaan IdeologiFaktor pertama penghambat kerjasama antar negara ASEAN adalah adanya perbedaan ideologi. Dengan adanya perjanjian pembentukan organisasi ASEAN, fakta di lapangan saat ini hampir tidak ada negara ASEAN yang menutup diri dari kerja sama sesama Konflik dan peperanganTerjadinya konflik dan peperangan negara tentunya akan mengganggu stabilitas negara itu sendiri, sehingga mampu menghambat kerja Kebijakan protektifKebijakan protektif dapat menghambat kerja sama antarnegara ASEAN, hal ini bisa kita lihat dari sebuah negara tidak menerima impor hasil pertanian, karena hal tersebut dapat mempengaruhi kondisi pendapatan hasil pertanian di dalam negerinya kebijakan tersebut tujuannya adalah untuk melindungi kepentingan dalam negeri dan meningkatkan daya Perbedaan kepentingan tiap-tiap negaraDemi mengembangkan negaranya, tentunya setiap negara melakukan kerjasama. Akan tetapi, adanya perbedaan kepentingan tiap negara juga menjadi salah satu faktor penghambat kerjasama antarnegara Kerja Sama ASEANHasil kerja sama negara-negara ASEAN bisa kita lihat dari berbagai daftar berikutBerdirinya Universitas ASEAN di Pematangsiantar, Sumatera Utara, IndonediaDibangunya pabrik pupuk urea-amoniak di Malaysia dan pabrik abu soda di ThailandTerbentuknya ZOPFAN Zone of Peace, Freedom, and Neutrality Zona Bebas dan NetralBerdirinya tempat promosi ASEAN untuk pedagang, investasi, dan pariwisata di Tokyo fBerdirinya pabrik tembaga ASEAN di Filipina dan Berdirinya pabrik vaksin hepatitis B di juga video 'Jokowi Minta Dukungan Rusia di G20 dan Keketuaan ASEAN 2023'[GambasVideo 20detik] fdl/fdl Jakarta - Negara-negara ASEAN dikenal dengan negara agraris. Mulai dari Indonesia, Vietnam, sampai Thailand. Kendati demikian, ada juga negara anggota ASEAN yang perekonomiannya tidak didukung oleh pertanian, anggota ASEAN yang perekonomiannya tidak didukung pertanian yaitu Singapura. Pada catatan Gross Domestic GDP Singapura tahun 2020, sektor agrikultur hanya menyumbang 0,03 persen, seperti dikutip dari laman Departemen Statistik itu, sejumlah penyumbang paling besar dalam mendukung perekonomian negara yaitu industri manufaktur sebesar 21,5 persen, wholesale and trade sebesar 16,8 persen, dan jasa keuangan dan asuransi sebesar 15,7 Singapura sebagai negara ASEAN yang perekonomiannya tidak didukung pertanian dipengaruhi oleh luas wilayah negara ini. Singapura memiliki wilayah seluas 720 km persegi. Karena lahan yang terbatas, hanya 2 km persegi wilayah Singapura yang digunakan sebagai lahan pertanian pangan, seperti dikutip dari laman Singapore Food pertanian pangan Singapura sebagian besar terletak di Lim Chu Kang dan Sungei Tengah. Di samping itu, terdapat area laut Singapura seluas 2 km persegi yang digunakan untuk budidaya ikan yang ditujukan sebagai pertanian di Singapura tersebut menghasilkan 14 persen sayur-sayuran, 26 persen telur, dan 10 persen ikan dari total bahan pangan yang dikonsumsi penduduk Singapura. Lahan ini juga menghasilkan produk ternak kambing, kodok, udang, dan lain-lain. Sementara itu, sisanya disokong dari impor pertanian Singapura yang terbatas, terutama di laut, memunculkan kebijakan produksi pangan berkelanjutan. Contohnya, area budidaya ikan di perairan pesisir dilarang untuk digunakan dalam kegiatan nonpertanian, seperti tur komersial dan tur jadi negara anggota ASEAN yang perekonomiannya tidak didukung pertanian yaitu Singapura. Simak Video "VTL Ditangguhkan, Kini Masuk Singapura Wajib Karantina" [GambasVideo 20detik] lus/lus

salah satu faktor pendorong alih lahan pertanian di asean adalah