PengantarAnalisis wacana (discourse analysis) diperkenalkan Harris melalui artikel Discourse Analysis dalam jurnal Language, No. 28/1952, 1-30. Dalam artikel itu Harris membicarakan wacana iklan dengan menelaah saling hubungan antara kalimat-kalimat yang menyusunnya dan kaitan antara teks dengan masyarakat dan budaya (lih. Renkema, 2004:7). PRAGMATIKKRITIS: PADUAN PRAGMATIK DENGAN ANALISIS WACANA KRITIS P. Ari Subagyo Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta 1. Pengantar Analisis wacana (discourse analysis) diperkenalkan Harris melalui artikel Discourse Analysis dalam jurnal Language, No. 28/1952, 1-30. Dalam artikel itu Harris membicarakan wacana iklan MemahamiWacana Media dengan Pendekatan Analisis Wacana Kritis Oleh: Juni Wati Sri Rizki1 Abstract In a critical view, the media are a means to fight the ideology and maintain the status quo. Media representing something by a certain ideology that gave birth to a virtual reality (virtual reality). Research Dalamanalisis wacana kritis (Critical Discourse Analysis / CDA), wacana di sini tidak semata dipahami sebagai studi bahasa. Pada akhirnya analisis wacana memang menggunakan bahasa dalam teks untuk dianalisis, tetapi bahasa yang dianalisis di sini agak berbeda dengan studi bahasa dalam pengertian linguistik tradisional. Jikadilihat perkembangan pada dekad pertengahan 90-an dan awal abad ke-21, didapati analisis wacana memasuki tahap kritis seperti dalam Fairdough (, dan 2003). Malah, beliau telah menghasilkan karya lebih awal daripada itu seperti “Discourse and Social Change” pada tahun 1992. apakah perbedaan antara seni patung dan seni pahat. Analisis wacana kritis atau critical discourse analysis mewakili beragam teori, metodologi, dan definisi yang meliputi konsep-konsep teori wacana dan teori kritis yang menyarankan suatu metode untuk mengungkap hubungan di antara berbagai perspektif. Analisis wacana kritis atau critical discourse analiysis CDA adalah studi tentang teks, ujaran atau bicara, dan gambar-gambar visual untuk menemukan atau mengungkapkan berbagai makna yang dibagikan serta berkontribusi atau mewakili struktur-struktur sosial dan ideologi. Adapun yang menjadi landasan analisis wacana kritis adalah teori wacana yang digagas oleh Michel Foucault yang menyatakan bahwa Analisis wacana kritis atau critical discourse analysis CDA berbeda dengan analisis wacana dalam hal tujuan politis dan sosial. Akar analisis wacana kritis terletak dalam Retorika, teks linguistik, antropologi, filsafat, psikologi sosial, ilmu kognitif, studi literasi, dan sosiolinguistik serta linguistik terapan dan juga Psikologi Komunikasi – Filsafat Komunikasi – Ontologi, Epistemologi, dan AksiologiDalam tahun 1990an, analisis wacana kritis menggabungkan analisis yang lebih baik yaitu analisis berbahasa secara lisan dengan minat pada kekuatan dan ketidaksetraaan sosial. Terlepas dari aksen yang berbeda satu sama lain, para analis wacana kritis menyatukan usaha mereka untuk mengungkapkan cara kerja bahasa dalam suatu kekuatan hubungan sosial dan menormalisasi efek wacana yang memperlihatkan sebuah preferensi data yang kuat terkait dengan berbagai isu sosial seperti ketidaksetaraan gender dan rasisme. Contoh konkritnya adalah bagaimana pria dan wanita direpresentasikan dalam media dan bagaimana berbagai golongan etnik tampil dalam dokumen kebijakan. Para ahli analisis wacana kritis terinspirasi oleh beberapa pendahulu seperti Aliran Frankfrut dan Jurgen Habermas, Antonio Gramsci, Michel Faucoult, Mikhail Bakhtin, Michael Halliday, Robert Hodge dan Gunther Kress. Baca juga Komunikasi Gender – Teori Feminisme Menurut Para AhliPengertianBeberapa pengertian analisis wacana kritis yang dikemukakan oleh para ahli diantaranya adalah sebagai berikut Menurut Teun A. van Dijk 1998 yang dimaksud dengan analisis wacana kritis adalah suatu pendekatan studi tentang teks dan ujaran, yang muncul dari linguistik kritis, semiotika kritis dan secara umum dari sosio-politik dan merupakan cara yang berbeda untuk menginvestigasi bahasa, wacana, dan komunikasi Baca juga Semiotika KomunikasiMenurut Norman Fairclough 1993 yang dimaksud dengan analisis wacana kritis adalah analisis wacana yang bertujuan untuk a mengeksplorasi secara sistematis hubungan antara kausalitas dan determinasi di antara praktek-praktek diskursif, kejadian-kejadian dan teks; b struktur sosial yang lebih luas dan struktur budaya, relasi, dan proses; c untuk menginvestigasi bagaimana praktek-praktek, kejadian, dan teks berkembang diluar dan secara ideologis dibentuk oleh relasi kekuatan dan bertahan dari kekuasaan; dan d untuk mengeksplorasi bagaimana opasitas hubungan antara wacana dan masyarakat sendiri adalah sebuah faktor mengamankan kekuasaan dan juga Teori Semiotika Roland BarthesLandasan Analisis Wacana KritisAnalisis wacana kritits dipengaruhi oleh teori wacana yang digagas oleh Michel Foucault, yang menyatakan bahwa Terdiri dari apa sajakah pengetahuan mengembangkan pengetahuan yang hal tersebut fungsi yang dimiliki oleh subyek konstitusi dan membentuk dampak pengetahuan tersebut berperan dalam perkembangan masyarakat secara juga Analisis FramingModel Analisis Framing Robert N. EntmanAnalisis wacana kritis terdIri dari 4 dua konsep utama yaitu wacana, kritis, ideologi dan WacanaWacana dibedakan dari teks khususnya gambar-gambar, tulisan-tulisan, dan utterances. Wacana adalah sebuah bentuk keseluruhan dari pengetahuan dan sebuah arena yang tidak membatasi ekspresi yang pasti. Menurut Michel Faoucault, penggunaan bahasa dan kata-kata ditentukan melalui discursive formations yaitu berbagai macam konvensi dan aturan yang bersifat memaksa pengetahuan dan makna kita terhadap berbagai macam hal. Wacana adalah sebuah wilayah dimana hubungan sosial, praktek-praktek sosial, dan perilaku-perilaku sosial dibentuk dan dikelola. Baca juga Komunikasi SosialB. KritisKritis adalah aspek dari analisis wacana kritis yang merupakan ciri adanya kekhawatiran tentang menisfestasi kekuasaan dan kerja ideologi. Kekawatiran ini dapat kita telusuri melalui hasil kerja kaum Marxis dan pengaruh dari peneliti aliran Frankfrut yang berpendapat bahwa ideologi-ideologi yang pasti dikirimkan melalui teks dan bentuk-bentuk budaya. Baca juga Komunikasi Bisnis Lintas BudayaC. Ideologi dan kekuatanIdeologi adalah konsep penting dalam analisis wacana kritis karena melalui ideologilah kekuatan dan ketidaksetaraan dikelola. Produksi tekstual dan penerimaan merupakan proses-proses sosial. Makna teks selalu di-encode di dalam kekuatan, meskipun makna-makna dan efek bahasa juga menghasilkan negosiasi antara produser, konsumen, dan konteks sosial/budaya yang lebih luas. Teks dapat terbuka bagi kontestasi beberapa macam individu dan kelompok produser dan penerima pesan untuk mempertahankan makna dan efek. Peran dari ideologi adalah menaturalisasi struktur-struktur dominan sehingga proses pembentukan makna dan pembentukan sosial menjadi kabur. Baca juga Sosiologi KomunikasiAsumsiAnalisis wacana kritis tidak menyediakan satu macam atau satu teori khusus atau metodologi penelitian. Lebih dari itu, beberapa teori dan metode penelitian telah dipengaruhi oleh perkembangan analisis wacana kritis. Teori-teori epistemologis, teori-teori sosial, teori-teori psikologi sosial teori wacana, dan teori-teori linguistik, dapat ditemukan dalam analisis wacana juga Teori KomunikasiTeori Komunikasi Menurut Para Ahli Pada hakikatnya, analisis wacana kritis membawa beragam teori untuk fokus pada aspek-aspek mikro wacana atau aspek-aspek makro struktur aspek mikro wacana, analisis wacana kritis mengasumsikan bahwa kekuatan manifestasi di dalam penggunaan berbagai pola kata-kata dan gambar-gambar. Setiap individu berpartisipasi dalam proses pembentukannya melalui penggunaan bahasa. Aspek mikro wacana meliputi kata-kata, kalimat-kalimat, dan aspek makro struktur sosial, analisis wacana kritis mengasumsikan bahwa identitas kita dibentuk di dalam dan melalui cara-cara kita memproduksi dan mengkonsumsi wacana-wacana. Bahasa membentuk dunia sosial dan budaya Janet M. Cramer 2009, dengan demikian, melalui kedua konteks di atas, analisis wacana kritis mengasumsikan bahwa berbagai struktur sosial, budaya, identitas, dan kekuasaan bersifat tidak tetap, dalam artian perubahan dalam penggunaan bahasa dapat merubah apa yang telah dibentuk. Perubahan sosial inilah yang merupakan tujuan dari analisis wacana kritis. Analisis wacana kritis menitikberatkan pada studi dan analisis tentang bagaimana kekuatan hubungan, ketidaksetaraan, dan dominansi diciptakan dan diabadikan melalui wacana dalam berbagai konteks politis, sosial, dan juga Paradigma Penelitian KomunikasiPengertian Studi Kasus Menurut Para AhliAdalah penting untuk memahami konteks dalam rangka untuk menganalisa intertekstualitas yaitu sebuah konsep yang digunakan oleh Norman Fairclough untuk menganalisa struktur dan organisasi teks dalam hubungannya dengan teks yang lain beserta konteksnya. Intertekstualitas merujuk pada cara teks yang berimplikasi pada teks yang lain. Dibutuhkan sebuah analisis intertekstualitas bahwa hubungan antara teks dan struktur sosial ditemukan. Analisis ini menjadi penuh arti khususnya ketika beragam konteks dalam tataran wacana praktis dan teks juga Prinsip-prinsip KomunikasiPendekatan dalam Analisis Wacana KritisAnalisis wacana kritis adalah sebuah pendekatan khusus dalam analisis wacana yang menitikberatkan pada kondisi-kondisi diskursif, komponen-komponen serta konsekuensi penyalahgunaan kekuatan yang dilakukan oleh kelompok dominan atau elit dan institusi. Para praktisi analisis wacana kritis menggunakan metode atau alat yang berbeda untuk mengungkap mekanisme dimana wacana berfungsi. Diantara para peneliti yang turut serta mengembangkan analisis wacana kritis adalah Teun A. van Dijk, Ruth Wodak dan Norman adalah beberapa pendekatan dalam analisis wacana kritis yang diungkapkan oleh beberapa ahli, yaitu a. Pendekatan Norman FaircloughDalam pendekatan analisis wacana kritis Fairclough, terdapat 3 tiga tingkatan analisis yaitu teks, proses produksi dan menerima teks, dan konteks sosial yang lebih besar dimana teks diciptakan dan produksi membuat, menulis, berbicara dan menerima membaca, mendengar, menafsirkan teks yang disebut dengan praktek-praktek diskursifKonteks sosial yang lebih besar dimana teks diciptakan dan dikonsumsiTeks melakukan aspek ideasional dan interpersonal yang diidentifikasi oleh Halliday yaitu mereka menyampaikan representasi tertentu dari dunia dan membangun hubungan antar peserta. Selain itu, mereka menyediakan blok bangunan untuk konstruksi identitas, baik dalam cara orang mengidentifikasi diri mereka sendiri dan bagaimana mereka diidentifikasi oleh orang lain. Praktik diskursif mengacu pada peraturan dan konvensi yang dengannya teks diproduksi dan Pendekatan Ruth WodakPendekatan analisis wacana kritis yang digagas oleh Ruth Wodak disebut juga dengan wacana sosiolinguistik yang didasarkan pada tradisi sosiolinguistik Bernsteinian, aliran Frankfrut khususnya Jurgen Habermas. Menurutnya, wacana sosiolinguistik adalah sosiolinguistik yang tidak hanya secara eksplisit didedikasikan untuk mempelajari teks dalam konteks, namun juga berbagai factor lainnya yang memiliki kepentingan yang sosiolinguistik adalah sebuah pendekatan yang memiliki kapabilitas dalam mengidentifikasi dan menggambarkan mekanisme-mekanisme yang berkontribusi pada wacana yang melekat dalam konteks khusus seperti struktur dan fungsi media atau institusi seperti rumah sakit dan lain-lain yang tidak dapat menghindari dampak Pendekatan Teun A. van DijkTeun A. van Dijk adalah satu diantara para praktisi analisis wacana kritis yang paling sering menjadi rujukan berbagai penelitan dalam wacana media. Pada intinya, ia memandang analisis wacana sebagai analisis ideology karena menurutnya, ideologi secara khusus namun tidak ekslusif diekspresikan dan diproduksi dalam wacana dan komunikasi tersmasuk pesan-pesan nonverbal dalam semiotika seperti gambar, fotografi, dan dalam menganalisis berbagai ideology memiliki 3 tiga bagian yaitu analisis sosial menyelidiki keseluruhan struktur-struktur sosial atau disebut juga dengan konteks, analisis kognitif, dan analisis wacana utamanya berdasarkan teks sintak, leksikon, semantik local, tema, struktur-struktur skematik.PrinsipTerlepas dari berbagai pendekatan interdisipliner, analisis wacana kritis disatukan dengan beberapa prinsip-prinsip dasar sebagaimana yang telah diidentifikasi oleh Ruth Wodak dan Norman Fairclough, yaitu Orientasi terhadap masalah-masalah sosial seperti rasisme, seksisme, dan perubahan dalam teori dan “dari dalam” yang berarti bahwa analisis dimulai dengan artifak tekstualnya yang pertama daripada membuat data sesuai dengan hubungan intertekstual dan akuntansi konteks metode analisis yang tepat yang digunakan dalam penelitian tertentu karena pendekatan ekletik.Penerapan hasil analisis-analisis sering menuju tujuan mengubah praktik diskursif dan sosial yang juga Karakteristik Media MassaPerkembangan Pers di IndonesiaKritera Analisis Wacana KritisMenurut Teun A. van Dijk, sebagai sebuah kasus dalam berbagai bidang kajian, pendekatan, dan subdisiplin dalam bahasa dan kajian wacana, sangatlah tidak mudah untuk tidak membatasi secara terukur prinsip-prinsip khusus, praktis, tujuan, teori, dan metode analisis wacana kritis. Bekerja sdengan analisis wacana kritis umumnya dicirikan dengan berbagai kriteria berikut Analisis wacana kritis berorientasi pada masalah atau isu, bukan pada paradigma. Beberapa pendekatan teoritis dan metodologis sesuai selama dapat secara efektif mempelajari masalah-masalah sosial yang relevan seperti seksisme, rasisme, kolonialisme, dan bentuk ketidaksetaraan sosial wacana kritis tidak bercirikan sebuah aliran, kajian, atau subdisiplin analisis wacana, namun secara eksplisist merupakan sebuah pendekatan kritis, posisi, atau dasar yang mempelajari teks dan ujaran atau rangka untuk mempelajari masalah-masalah sosial atau isu-isu secara cukup, analisis wacana kritis bekerja secara inter- atau multidisiplin, dan khususnya menitikberatkan pada hubungan antara wacana dan masyarakat termasuk kognisi sosial, politik, dan budaya.Secara historis dan sistematis, analisis wacana kritis adalah bagian dari spektrum studi budaya yang luas dalam ilmu humanis dan ilmu sosial seperti sosiologi, psikologi, penelitian komunikasi massa, literasi hukum, dan ilmu politik. Baca juga Komunikasi PolitikStudi analisis wacana kritis memberikan perhatian kepada semua tingkatan dan dimensi wacana seperti tata bahasa fonologi, sintaks, semantik, gaya, retoris, skema organisasi, tindakan ujaran, strategi pragmatis, dan interaksi di antara yang studi dalam analisis wacana kritis yang tidak terbatas pada pendekatan wacana verbal namun juga memberikan perhatian pada dimensi-dimensi semiotika lainnya gambar, film, suara, musik, gesture, dan lain-lain dari berbagai kejadian komunikatif. Baca juga Komunikasi NonverbalKetika mempelajari peran wacana dalam masyarakat, analisis wacana kritis menitikberatkan secara khusus pada hubungan kekuatan, dominasi, dan ketidaksetaraan dan cara bagaimana ketiganya direproduksi atau ditolak oleh anggota kelompok sosial melalui teks dan wacana kritis banyak yang terkait secara diskursif melegitimasi berbagai struktur dan strategi dominasi dan penolakan dalam hubungan sosial seperti kelas, gender, etnik, ras, orientasi seksual, bahasa, religi, usia, atau wacana kritis banyak yang terkait dengan ideologi yang memainkan peran reproduksi atau penolakan melawan dominasi atau antara tujuan-tujuan yang bersifat deskriptif, eksplanotori, dan praktis, analisis wacana kritis mencoba untuk mengungkapkan apa yang secara implisit tersembunyi atau dengan kata lain tidak terlihat secara segera dalam hubungan diskursif . Karena itu, secara khusus analisis wacana kritis menekankan pada strategi manipulasi, legitimasi, konsen manufaktur, dan cara-cara diskursif lainnya untuk mempengaruhi pikiran dan secara tidak langsung terhadap tindakan orang dalam minatnya pada kekuatan untuk menemukan diskursif berarti kontrol mental dan pengaruh sosial berimplikasi pada sebuah pendirian kritis dan oposisi untuk melawan kekuatan dan kaum elit khususnya mereka yang menyalahgunakan lain pihak, kajian dalam analisis wacana kritis mencoba untuk memformulasi seluruh sudut pandang atau perspektif solidaritas dengan kelompok juga Strategi Komunikasi PolitikManfaat Mempelajari Analisis Wacana KritisMempelajari analisis wacana kritis tentunya memberikan manfaat kepada kita, diantaranya adalah kita dapat mengetahui serta memahami pengertian analisis wacana kritis, perbedaan antara analisis wacana kritis dan analisis wacana, landasan analisis wacana kritis, konsep, asumsi, pendekatan-pendekatan dalam analisis wacana kritis, dan prinsip-prinsip dalam analisis wacana kritis. Baca juga Jenis Metode Penelitian KualitatifDemikianlah uraian singkat tentang analisis wacana kritis beserta seluk-beluknya. Semoga dapat menambah wawasan kita tentang analisis wacana kritis yang merupakan salah satu metode penelitian komunikasi. Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Kata wacana didefinisikan secara beragam oleh para ahli. Johnstone 2002 dalam bukunya yang berjudul Discourse Analysis menungkapkan bahwa wacana adalah komunikasi secara nyata dengan bahasa sebagai medianya. Mendukung pernyataan tersebut, Clark 1994 dalam artikelnya Discourse in Production yang dimuat dalam Handbook of Psycholinguistics menjelaskan wacana sebagai penggunaan bahasa secara menyeluruh melebihi tataran bunyi, kata dan kalimat. Pendapat tersebut senada dengan yang diungkapkan oleh Kridalaksana 2008 berkaitan dengan wacana sebagai satuan bahasa terlengkap yang di dalam hirarki gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar. Satuan bahasa terlengkap yang dimaksudkan dalam suatu wacana dapat berupa rentetan kalimat yang saling berkaitan dan mampu menghubungkan proposisi-proposisi yang ada menjadi kesatuan yang utuh Moeliono, 1988. Definisi-definisi tersebut merupakan definisi wacana secara konvensional yang menempatkan wacana sebagai konstruksi yang netral dan bebas nilai. Sedikit berbeda dengan ketiga pendapat tersebut, Fowler et al 1979, Fairclough 2001, van Dijk 1988, van Leeuweun 2008 dan Wodak 2001 mendefinisikan wacana secara kritis dengan menempatan wacana sebagai konstruksi yang tidak bebas nilai dan tidak netral. Wacana merupakan wujud dari tindakan sosial yang diproduksi dengan tujuan yang ingin dicapai oleh pihak yang memproduksinya. Sesuai dengan masalah yang akan dikaji, maka penelitian ini berpedoman pada definisi wacana yang tidak bebas nilai dan tidak terhadap wacana pada mulanya dipelopori oleh Zellig Harris pada tahun 1952 dengan menuliskan sebuah artikel yang berjudul Discourse Analysis yang dimuat pada jurnal Language. Para linguist pada era tersebut disibukkan dengan analisis kebahasaan pada tataran morfologi dan sintaksis saja yang hanya mengkaji bahasa sampai pada tataran kalimat. Harris dalam artikelnya menuliskan tentang perlu dilakukannya analisis yang lebih komperehensif terhadap bahasa yang tidak berhenti pada tataran internal kebahasaan saja kalimat, akan tetapi mengkaji lebih lanjut tataran eksternal yang menyelimuti tataran internal tersebut, yakni keterkaitan antara teks dengan kontesksnya. Analisis wacana baru mulai banyak dilakukan oleh para ahli pada tahun 1960-an. Renkema 20041 mendefinisikan analisis wacana sebagai disiplin ilmu yang mengkaji hubungan antara bentuk dan fungsi dalam komunikasi verbal. Brown dan Yule 19831 dalam bukunya yang berjudul Discourse Analysis menjelaskan bahwa analisis wacana berarti melakukan analisis terhadap bahasa yang digunakan. Begitu pula dengan van Dijk 198824 dalam karyanya News as Discourse yang menjelaskan bahwa analisis wacana merupakan proses analisis terhadap bahasa dan penggunaan bahasa dengan tujuan memperoleh deskripsi yang lebik eksplisit dan sistematis mengenai apa yang disampaikan. Cook 19921 menambahkan bahwa dalam analisis wacana tidak cukup hanya menganalisis unsur kebahasaan saja, akan tetapi juga memperhitungkan konteks yang membangun wacana tersebut. Kehadiran konteks yang dihubungkan dengan faktor kebahasaan ternyata tidak cukup memuaskan bagi proses analisis wacana. Pengaruh paradigma kritis mengahadirkan terobosan yang disebut analisis wacana kritis[1].Para ahli wacana kritis mendefiniskan wacana dengan terma yang lebih luas lagi. Sekelompok pengajar dari Universitas East Anglia, yakni Fowler, Hodge, Kress dan Trew 1979 melalui bukunya yang berjudul Langauge and Control dengan pendekatan linguistik kritis yang mereka gagas semakin memantapkan pengkajian wacana secara kritis. Mereka memaknai wacana sebagai praktik sosial yang bertujuan. Wacana tidak serta merta hadir begitu saja, melainkan hadir dengan tujuan tertentu yang ingin disampaikan pada khalayak penikmatnya Fairclough dan Wodak, 1997. Teks tidak pernah dipandang sebagai sesuatu yang netral yang bebas nilai. Analisis wacana kritis melihat bahasa sebagai suatu tindakan. Wacana bertindak dalam menentukan ke arah mana khalayak akan dibawa. Tugas utama analisis wacana kritis adalah menguraikan relasi kuasa, dominasi dan ketimpangan yang diproduksi dalam wacana van Dijk, dalam Tannen dkk, 2001. Sependapat dengan van Dijk, Renkema 2004282 dalam bukunya yang berjudul Introduction to Discourse Studies menambahkan bahwa wacana merupakan refleksi relasi kuasa yang terdapat dalam wacana kritis dilakukan dengan tujuan untuk mendeteksi masalah-masalah sosial, terutama masalah diskriminasi. Analisis wacana kritis melihat bahasa sebagai faktor penting sebagai perwujudan kuasa pihak tertentu. Suatu teks diproduksi dengan ideologi[2] tertentu yang ingin disampaikan kepada khalayak pembacanya. Perkembangan analisis wacana kritis oleh para ahli telah melahirkan beragam teori dengan pendekatan yang juga beragam yang digunakan dalam penelitian. Fowler, Hodge, Kress dan Trew 1979 mengaplikasikan teori fungsional gramar Halliday untuk melakukan analisis wacana kritis. Halliday melalui teori tersebut menyatakan bahwa bahasa memiliki 3 fungsi utama, yakni mengkomunikasikan proses terjadi`nya peristiwa di dunia dan semua yang terlibat di dalamnya fungsi ideasional, mengekspresikan sikap penutur terhadap proposisi yang sudah disusun dan mengekspresikan relasi antara penutur dan mitra tutur fungsi interpersonal dan menyajikan ekspresi tersebut secara koherensif dan memadai melalui teks fungsi tekstual 1979188. Fowler, Hodge, Kress dan Trew menerapkan analisis terhadap 3 fungsi bahasa tersebut untuk membedah ideologi yang ada pada wacana. Analisis yang dilakukan hanya pada tataran teks saja, yakni menganalisis elemen pilihan kosakata yang digunakan pada teks, nominalisasi dan pilihan kalimat yang Leeuwen 2008 dalam bukunya yang berjudul Discourse and Practice menggunakan pendekatan eksklusi dan inklusi untuk menganalisis bagaimana aktor-aktor dalam wacana ditampilkan, apakah aktor tersebut ditampilkan secara utuh, hanya sebagian atau bahkan dihilangkan. Eksklusi merupakan pengeluaran atau penghilangan aktor dari suatu wacana van Leeuwen, 2008 28-29. Proses eksklusi direalisasikan melalui 3 strategi, yakni pasivasipenghilangan aktor dalam wacana yang paling umum dilakukan dengan menggunakan kalimat pasif untuk menjabarkan suatu peristiwa, nominalisasiproses mengubah verba menjadi nomina dan penggantian anak kalimat. Berlawanan dengan eksklusi, inklusi berkaitan dengan bagaimana aktor dimasukkan atau dihadirkan dalam wacana. Proses inklusi direalisasikan melalui 6 strategi, yakni diferensiasi- indiferensiasi menghadirkan aktor atau peristiwa lain sebagai pembanding, objektivasi- abstraksi, nominasi- kategorisasi, nominasi- identifikasi, determinasi- indeterminasi dan asimilasi- individualisasi. Jenis pendekatan ini memungkinkan untuk meninjau lebih dalam dan terperinci tentang posisi aktor dalam wacana. Namun untuk melihat bagaimana terbentuknya wacana secara utuh masih belum bisa dikatakan terperinci mengingat van Leeuwen hanya melakukan analisis pada tataran teks saja. Sejalan dengan van Leeuweun, bisa dilihat pada karya Mills 1997 yang berjudul Discourse, analisis wacana kritis dilakukannya dengan memfokuskan pada bagaimana aktor-aktor ditampilkan pada wacana. Yang membedakan keduanya adalah fokus kajian yang meraka lakukan, yakni Mills yang lebih terkenal dengan kajian wacana feminismenya. Ia ingin mengkaji bagaimana bias media dalam menampilkan wanita sehingga terjadi pemarjinalan di dalamnya. Model analisis wacana kritis Mills berusaha menghubungkan posisi aktor sosial dan posisis suatu peristiwa untuk mengungkan adanya pemarjinalan. Posisi subjek dan objek dalam suatu peristiwa dikaji secara mendalam olehnya untuk melihat aktor mana yang memiliki posisi yang lebih tinggi dan memiliki kuasa untuk menentukan wacana yang akan dilemparkan pada publik. Aktor yang berperan sebagai subjek diasumsikan sebagai aktor yang memiliki kesempatan untuk mendefinisikan dan melakukan pencitraan terhadap dirinya. Di sisi lain, aktor yang menjadi objek adalah pihak yang didefinisikan dan digambarkan kehadirannya oleh orang lain. Analisis terhadap posisi subjek- objek diyakini Mills mengandung muatan ideologi tertentu. Kelebihan pendekatan wacana kritis yang dilakukannya adalah memperhitungkan posisi pembaca dalam teks. Berita bukanlah semata sebagai hasil produksi dari pewarta berita dan pembaca tidak serta merta ditempatkan sebagai sasaran. Mills menganggap berita sebagai hasil negoisasi antara pewarta berita dan pembacanya. Berbeda dengan van Leeuwen dan Mills, pendekatan analisis wacana kritis van Dijk 1988, yang dikenal dengan pendekatan kognisi sosial, menyertakan analisis terhadap kognisi pembuat wacana dalam proses pembentukan wacana dan juga melibatkan analisis kebahasaan secara lebih mendalam untuk membongkar relasi kuasa dan dominasi yang diproduksi pada wacana. Van Dijk mengklasifikasikan elemen wacana menjadi 3, yakni teks, kognisi sosial dan konteks sosial. Tataran teks dibagi menjadi 3, yakni struktur makro, superstruktur dan struktur mikro. Struktur makro adalah strukur luar pembentuk wacana. Superstruktur berkaitan dengan skematik wacana. Struktur mikro mencakup elemen-elemen kebahasaan yang digunakan dalam wacana. Van Dijk menetapkan 4 elemen kebahasaan yang dikaji pada tataran struktur mikro, yakni elemen sintaksis, semantis, stilistik dan retoris. Kognisi sosial hadir untuk menjembatani antara teks dan konteks. Kognisi sosial berkaitan dengan proses mental dan kognisi pembuat wacana dalam proses produksi wacana. Adanya analisis terhadap kognisi sosial melalui daftar pernyaaan yang diajukan kepada pembuat wacana akan lebih memperjelas bagaimana wacana diproduksi dan konteks seperti apa yang mempengaruhinya. Untuk analisis konteks sosial dilakukan melalui studi intertekstualitas, yakni mengkaitkan suatu wacana dengan wacana terkait yng ada sebelum dan sesudahnya. Keterkaitan antara teks, kognisi sosial dan konteks sosial mencerminkan kecenderungan suatu wacana. Kelebihan proses analisis wacana yang dilakukan oleh van Dijk adalah bagaimana ia menghubungkan antara teks dan konteks melalui kognisi sosial pembuat wacana. Senada dengan van Dijk, analisis wacana kritis Fairclough 1995 dalam bukunya Critical Discourse Analysis menggunakan perantara dalam menghubungkan antara teks dan konteks, yakni melalui praktik wacana. Pendekatan analisis wacana kritis model Fairclough mengklasifikasikan tiga dimensi wacana yang terdiri atas teks, praktik wacana dan praktik sosiokultural. Dimensi teks secara bersamaan memiliki tiga fungsi, yakni representasi, relasi, dan identitas. Fungsi representasi berkaitan erat dengan bagaimana realitas sosial ditampilkan dalam bentuk teks. Praktik wacana menurut Fairclough merupakan tahapan yang berkaitan dengan bagaimana cara pemroduksi wacana membentuk sebuah wacana, dalam media massa hal ini berkaitan dengan bagaimana para pekerja media penulis berita memproduksi teks. Hal ini berkaitan dengan penulis berita itu sendiri selaku pribadi, hubungan kerja penulis berita dengan sesama pekerja media lainnya, institusi media tempat penulis berita bernaung, cara meliput berita, menulis berita, sampai menjadi berita di dalam media. Praktik sosiokultural dibagi menjadi 3 level, yakni level situasional situasi pembangun wacana, institusional pengaruh institusi dan sosial pengaruh sosial masyarakat. Perbedaan antara van Dijk dan Fairclough terletak pada tata cara analisis pada tataran teks. Meskipun Fairclough sudah melakukan analisis unsur-unsur kebahasaan yang lebih komperehensif, akan tetapi pengklasifikasian unsur-unsur kebahasaan tersebut masih belum mendetail dalam artian tidak diklasifikasikan secara gamblang unsur kebahasaan yang dikaji seperti pada analisis yang dilakukan oleh van Dijk 1988.[1] Paradigma kritis menggambarkan dunia sebagai suatu sistem yang tidak seimbang melainkan sebagai suatu sistem yang mengandung dominasi, eksploitasi, pengorbanan, penindasan dan kekuasaan. Kaum kritis berusaha untuk memperlihatkan kesalahan yang muncul pada keadaan masyarakat. Mereka cenderung tertarik dengan kelompok yang didominasi dibandingkan dengan siapa yang melakukan dominasi tersebut. Johnstone, 200226 [2] Ideologi adalah keyakinan dasar yang dimiliki oleh sebuah kelompok dan dihayati bersama oleh seluruh anggota kelompok van Dijk, 2000. Max, dalam van Dijk 2000 mendefinisikan ideologi sebagai pandangan hidup yang dikembangkan berdasarkan kepenti-ngan golongan atau kelas sosial tertentu dalam bidang politik, sosial dan ekonomi. Hodge dan Kress 19796 mengungkapkan bahwa ideologi adalah bentuk ide sistematis yang dibentuk melalui pandangan tertentu. Referensi Clark, Herbert. 1994. Discourse in Production. dalam Hanbook of Psycholinguistics. Academic Press Guy. 1992. The Discourse of Advertising. London Norman. 2001. Language and Power, Second Edition. England Roger et al. 1979. Language and Control. London Barbara. 2002. Discourse Analysis. UK Blackwell Publishers Sara. 1997. Discourse. London RoutledgeRenkema, Jan. 2004. Introduction to Discourse Studies. Amsterdam John Benjamins Publishing Dijk, Teun A. Critical Discourse Analysis. Dalam D. Tannen, D. Schiffrin & H. Hamilton Eds.. 2001. Handbook of Discourse Analysis. Oxford Dijk, Teun A. 1988. News as Discourse. New Jersey Lawrence Erlbaum Associates Dijk. 2000. Ideology and Discourse; A Multidisciplinary Introduction. Barelona Pompen PrabaVan Leeuwen, Theo. 2008. Discourse and Practice, New Tools for Critical Discourse Analysis. New Lihat Bahasa Selengkapnya

perbedaan analisis wacana dan analisis wacana kritis