AllahTidak Butuh Pembelaan Kita “Telah lenyap kemuliaan dari Israel, sebab tabut Allah telah dirampas” (1 Samuel 4:22). Orang Filistin menyerang umat Allah. Bangsa Israel pun berkemah di Eben- Haezer, sedangkan orang Filistin mendirikan tenda dekat Afek. Dalam pertempuran pertama, orang Israel kehilangan 4.000 tentaranya. Manusiayang dikaruniai harta, tapi tidak diberi ilmu. Kemudian ia membelanjakan hartanya sesuai hawa nafsunya tanpa dasar ilmu, serta tidak menggunakannya untuk kebaikan. Dan ia pun tidak bertakwa kepada Allah, maka orang yang seperti ini berada pada kedudukan yang rendah.———-4. Manusia yang tidak dikarunia harta dan ilmu. Kemudian ia Jawaban Allah tidak pernah berbuat salah. Kesempurnaan dan keagungan-Nya tidak memperbolehkan adanya kesalahan: "Besarlah TUHAN dan sangat terpuji, dan kebesaran-Nya tidak terduga" (Mazmur 145:3). Dalam bahasa aslinya, istilah "tidak terduga" dimaksud "tidak mungkin dapat diketahui atau dihitung." Dalam kata lain, kebesaran Allah tidak terbatas. 84 "Hijrah kadang membuat kita ditinggalkan banyak orang. Harusnya tidak mengapa, karena hijrah hanya butuh Allah, bukan tepuk tangan gempita dan apresiasi atas perubahan." 85. "Bukan ingin menjadi lebih baik dari orang lain, tapi aku hanya ingin lebih baik dari diriku yang dulu." 86. Susterbiarawati Kongregasi Suster Santo Augustinus dari Kerahiman Allah (OSA) Ketapang; staf Ekonomat Kongregasi. RELATED ARTICLES MORE FROM AUTHOR Lectio Divina 02.08.2022 – Jangan Takut apakah perbedaan antara seni patung dan seni pahat. Kalau hanya sekedar memejamkan mata saja kita butuh Allah, apalagi urusan yang lebih besar. Masihkah kita merasa hebat, masihkah keangkuhan mengelilingi hati kita, masihkah raut wajah kesombongan menghiasi pelupuk mata dan lisan kita. Terlebih lagi disaat kesulitan melanda, di saat hati telah merasa putus asa, yang diharap hanyalah pertolongan Allah. Hamba hanyalah seorang yang fakir. Sedangkan Allah adalah Al Ghoniy, Yang Maha Kaya, yang tidak butuh pada segala sesuatu. Bahkan Allah-lah tempat bergantung seluruh makhluk. Allah Ta’ala berfirman, يٰٓأَيُّهَا النَّاسُ أَنْتُمُ الْفُقَرَآءُ إِلَى اللَّهِ ۖ وَاللَّهُ هُوَ الْغَنِىُّ الْحَمِيدُ “Wahai manusia! Kamulah yang memerlukan Allah; dan Allah Dialah Yang Maha Kaya tidak memerlukan sesuatu, Maha Terpuji.” QS. Fatir 35 Ayat 15 Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Seluruh makhluk amat butuh pada Allah dalam setiap aktivitasnya, bahkan dalam diam mereka sekali pun. Secara dzat, Allah sungguh tidak butuh pada mereka. Oleh karena itu, Allah katakan bahwa Dialah yang Maha Kaya lagi Maha Terpuji, yaitu Allah-lah yang bersendirian, tidak butuh pada makhluk-Nya, tidak ada sekutu bagi-Nya. Allah sungguh Maha Terpuji pada apa yang Dia perbuat dan katakan, juga pada apa yang Dia takdirkan dan syari’atkan.” Tafsir Al Qur’an Al Azhim, 11/316. Semua bentuk dan manfaat ibadah yang kita lakukan itu akan kembali kepada kita. Karena manusia adalah makhluk lemah, miskin dan tak sempurna. Allah Ta’ala, berfirman, وَلَقَدْ ءَاتَيْنَا لُقْمٰنَ الْحِكْمَةَ أَنِ اشْكُرْ لِلَّهِ ۚ وَمَنْ يَشْكُرْ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِۦ ۖ وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ اللَّهَ غَنِىٌّ حَمِيدٌ “Dan sungguh, telah Kami berikan hikmah kepada Luqman, yaitu, Bersyukurlah kepada Allah! Dan barang siapa bersyukur kepada Allah, maka sesungguhnya dia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barang siapa tidak bersyukur kufur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya, Maha Terpuji.” QS. Luqman 31 Ayat 12 Begitu pun, jika seluruh manusia kufur kepada Allah, tidak beribadah kepada-Nya, menelantarkan perintah-perintah-Nya dan melanggar larangan-larangan-Nya, maka hal itu tidak membahayakan Allah sama sekali. Akan tetapi kemadaratannya akan kembali kepada manusia itu sendiri. Allah Ta’ala, berfirman قُلْ يٰٓأَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَآءَكُمُ الْحَقُّ مِنْ رَّبِّكُمْ ۖ فَمَنِ اهْتَدٰى فَإِنَّمَا يَهْتَدِى لِنَفْسِهِۦ ۖ وَمَنْ ضَلَّ فَإِنَّمَا يَضِلُّ عَلَيْهَا ۖ وَمَآ أَنَا۠ عَلَيْكُمْ بِوَكِيلٍ “Katakanlah Muhammad, Wahai manusia! Telah datang kepadamu kebenaran Al-Qur’an dari Tuhanmu, sebab itu barang siapa mendapat petunjuk maka sebenarnya petunjuk itu untuk kebaikan dirinya sendiri. Dan barang siapa sesat, sesungguhnya kesesatannya itu mencelakakan dirinya sendiri. Dan aku bukanlah pemelihara dirimu.” QS. Yunus 10 Ayat 108 Dan diantara yang paling penting diatas yang sangat penting adalah kebutuhan akan iman, karena inipun bukan hal sepele. Hanya Allah Ta’ala semata yang sanggup memberikan hidayah. Seperti halnya hanya Allah yang sanggup menyesatkan hambanya. Allah Ta’ala, berfirman مَنْ يُضْلِلِ اللَّهُ فَلَا هَادِىَ لَهُۥ ۚ وَيَذَرُهُمْ فِى طُغْيٰنِهِمْ يَعْمَهُونَ “Barang siapa dibiarkan sesat oleh Allah, maka tidak ada yang mampu memberi petunjuk. Allah membiarkannya terombang-ambing dalam kesesatan.” QS. Al-A’raf 7 Ayat 186 Terkadang ada orang yang sudah dinasehati orang tuanya, gurunya, teman temannya, bahkan wali sekalipun nabi tidak akan ada perubahan kalau Allah Ta’ala belum memberikan hidayah. Kita bersyukur masih Allah beri hidayah agar selalu membutuhkan dan bergantung penuh kepada Allah Ta’ala baik urusan dunia terlebih lagi urusan akhirat, karena kita tidak mau celaka dikemudian hari akibat dari berpalingnya dari kebutuhan dan bergantungnya kita kepada Allah Ta’ala. Wallahu a’lam Abu MiqdamKomunitas Akhlaq Mulia Pertanyaan Jawaban Allah itu kudus, abadi, mahakuasa, dan seutuhnya dapat mencukupi diri. Ia tidak butuh ciptaanNya, tapi kita membutuhkan Dia. Seluruh ciptaan membutuhkan kehidupan yang ditopang oleh Allah sendiri. Engkau yang menumbuhkan rumput bagi hewan," dan "semuanya menantikan Engkau, supaya diberikan makanan pada waktunya...apabila Engkau mengambil roh mereka, mereka mati binasa dan kembali menjadi debu Mazmur 10414,27,29. Sebaliknya, Allah tidak tergantung pada apapun atau siapapun. Ia tidak menderita kekurangan dan tidak mengalami keterbatasan. Ia adalah ""AKU ADALAH AKU," tanpa pengecualian ataupun kualifikasi Keluaran 314. Jika Ia membutuhkan sesuatu untuk hidup atau merasa sempurna, maka Ia bukanlah Allah. Jadi, Allah tidak membutuhkan kita. Tapi, herannya, Ia sangat mengasihi kita, dan di dalam kebaikanNya Ia menginginkan supaya kita dapat hidup bersamaNya dalam kekekalan. Dengan demikian, 2000 tahun yang lalu, Allah mengenakan kulit sebagai pakaianNya, datang ke bumi, dan memberikan diriNya sebagai tebusan untuk dosa kita dan membuktikan kasihNya bagi kita. Ia membayar harga mutakhir untuk mendamaikan kita pada diriNya, dan tidak ada seorangpun yang akan membayar harga sedemikian mahalnya untuk membeli suatu yang tidak mereka inginkan atau mereka hargai. Yesus pasti mengetahui apa yang akan dideritaNya di akhir masa pelayananNya di bumi Markus 831; Yohanes 184. Di dalam kesengsaraanNya di Getsemani, selagi berdoa tentang cobaan yang akan dideritaNya, "peluh-Nya menjadi seperti titik-titik darah yang bertetesan ke tanah" Lukas 2244. Yesus tentunya sangat akrab dengan nubuatan nabi Yesaya 5214, "begitu buruk rupanya, bukan seperti manusia lagi, dan tampaknya bukan seperti anak manusia lagi". Sang Anak Manusia dikuliti sampai tulang sedemikian rupa sehingga diriNya tidak merupai manusia. Siksaan itu kemudian diikuti sesuatu yang lebih parah, penyaliban itu sendiri, suatu metode eksekusi yang paling menyiksa dan paling kejam yang pernah diciptakan. Di saat Yesus bergantung di kayu salib, BapaNya di surga "berpaling" dari diriNya. Habakuk 113 menyatakan bahwa mata Allah "terlalu suci untuk melihat kejahatan." Di saat itu, Kristus berteriak, "Eli, Eli, lama sabakhtani?" Artinya Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku? Matius 2746. Inilah harga yang telah Allah bayar bagi kita, dan dengan demikian kita dapat mengetahui bahwa Ia mengasihi kita. Oleh karena kasih yang luar biasa dan tak berdasar bagi pembangkang yang berdosa, kita diberi tawaran untuk kehidupan kekal. Keselamatan adalah anugerah, yang diberikan secara gratis bagi mereka yang meminta, yang berasal dari pengorbanan sukarela yang mengharukan itu oleh Allah satu-satunya. Roma 58 berkata, "Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa." Sekali kita tergabung dengan Kristus, tiada yang dapat memisahkan kita dari Dia. Roma 838-39 "Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita." Orang percaya di dalam Kristus telah diciptakan baru. Kita mengerti begitu dalam kasihNya terhadap kita "Aku telah disalibkan dengan Kristus; namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku" Galatia 219-20. Anda juga dapat membenamkan diri di dalam kasih Allah yang kekal, yang tersedia untuk Anda - dan tahu kepastian mengenai kehidupan kekal. Bacalah disini untuk mempelajari apa yang diartikan menerima Kristus sebagai Juruselamat pribadi Anda. English Kembali ke halaman utama dalam Bahasa Indonesia Apakah Allah membutuhkan manusia? Kebanyakan orang yang enggan beribadah kepada Allah subhanahu wa ta’ala merasa tidak membutuhkan pertolongan dari-Nya. Padahal tanpa-Nya, kita akan dengan sangat mudah terombang-ambing dalam fananya dunia. Kita tidak akan mampu lagi membedakan mana yang baik ataupun yang tidak baik bagi kita. Dan mengira bahwa setiap kejadian demi kejadian memang terjadi begitu saja tanpa adanya campur tangan Allah. Mungkin kita lupa bahwa Allah Maha Pengatur Segalanya, Maha Kaya pemilik alam semesta ini. Sehingga kita enggan untuk beribadah hanya kepada-Nya. Allah menegaskan dalam surat Fathir ayat 15 bahwa Allah Azza Wa Jalla sama sekali tidak membutuhkan ibadah kita, tapi justru kitalah yang membutuhkannya. “Hai manusia, kamulah yang membutuhkan kepada Allah; dan Allah Dialah Yang Maha Kaya tidak memerlukan sesuatu lagi Maha Terpuji.” QS. Fathir 15 Bentuk ibadah yang harusnya kita laksanakan adalah taat pada perintah-Nya dengan mengikuti apa yang disyariatkan oleh Rasulullah shollallohu alaihi wassalam. Tujuannya tak lain hanya untuk kebaikan kita, agar kita memperoleh ketenangan batin yakni cinta dari Allah subhanahu wa ta’ala. Ketika kita memperoleh ridho dan cinta-Nya maka terbukalah jalan kebaikan menuju apa yang kita cita-citakan yakni surga yang kekal dan abadi. Kehidupan di dunia mungkin akan penuh dengan lika-liku cobaan, namun ketika mampu untuk beribadah kepada-Nya, hati kita akan lapang dan sabar. Ketentraman dan kebahagiaan pun akan terpancar dari diri kita. Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Tidak ada kebahagiaan, kelezatan, kenikmatan dan kebaikan hati melainkan bila ia meyakini Allah sebagai Rabb, Pencipta Yang Maha Esa dan ia beribadah hanya kepada Allah saja, sebagai puncak tujuannya dan yang paling dicintainya daripada yang lain.” Maka, ketika iman kita meningkat seharusnya kita juga mampu menghadapi persoalan hidup yang semakin rumit. Karena kita mempunyai Allah yang akan membantu kita mencari jalan keluar atas setiap permasalahan. Kita akan belajar bahwa hanya Allahlah tempat kita berharap dan bergantung, bukan kepada makluk ciptaan-Nya ataupun kepada yang lainnya. September 24, 2010 oleh khayats Allah Subhanahu wa Ta’ala tidaklah butuh dengan sholat yang kita kerjakan. Akan tetapi, kitalah yang butuh untuk shalat kepadaNya karena Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah zat yang maha kaya di atas segala makhluk ciptaanNya. Dan semua makhluk ciptaanNya butuh Subhanahu wa Ta’ala berfirman “Wahai sekalian manusia, kamulah yang butuh kepada Allah; dan Allah Dialah Yang Maha Kaya tidak memerlukan sesuatu lagi Maha Terpuji. Jika Dia menghendaki, niscaya Dia memusnahkan kamu dan mendatangkan makhluk yang baru untuk menggantikan kamu. Dan yang demikian itu sekali-kali tidak sulit bagi Allah”. QS. Fathir 15-17 Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menciptakan mereka, lahir dalam keadaan telanjang tanpa alas kaki, dalam keadaan telapak tangan yang tidak berisi sesuatu apapun, dalam keadaan tubuh yang lemah, akal yang kaku yang tidak bisa membedakan antara biji kurma dan biji kerikil, dalam keadaan tidak mampu memberi kebaikan atau mencegah mara bahaya dari diri-diri mereka sendiri. Allah Subhanahu wa Ta’ala pun memberikan makanan, kekuatan, kesehatan, akal, kekayaan, menundukkan langit dan bumi untuk mereka dan memberikan segala macam nikmat-Nya baik yang terlihat ataupun yang tidak terlihat oleh mata. Apakah setelah semua pemberian yang melimpah ini -dan dialah raja di atas segala raja serta di tangan-Nyalah segala perbendaharaan yang ada di langit dan di bumi apakah Allah Subhanahu wa Ta’ala masih merasa butuh kepada shalat yang kita lakukan..? Sama sekali tidak!! Akan tetapi shalatlah yang menjadi bukti jelas akan kecintaan kita kepada-Nya, rasa terima kasih atas segala karunia-Nya serta rasa syukur akan segala nikmat-Nya. Sesungguhnya orang-orang yang meremehkan shalat ini telah diberi oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala berbagai macam kenikmatan sebagaimana yang diberikan kepada kita bahkan terkadang mereka diberi kenikmatan jauh lebih melimpah. Akan tetapi kita bersyukur atas segala nikmat tersebut sedang mereka mengingkarinya seolah-olah lupa akan hari ketika ia dilahirkan, hari dimana ia tidak memiliki apapun. Dan lalai akan hari ketika ia berjumpa dengan kematian, hari dimana ia meninggalkan segala sesuatu yang mereka bersenang-senang dengannya dan mereka akan dihisab atas semua itu, padahal mereka telah lancang kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan enggan untuk beribadah kepadaNya. Maka mereka kelak akan menemui kesesatan. Allah Azza wa Jalla berfirman “Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembahKu akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina”. QS. Ghafir 60 Wahai orang yang meninggalkan sholat… Kenapa engkau memaksakan diri untuk memeluk agama Islam kalau memang engkau tidak butuh dengannya..? Lalu kenapa engkau tidak melaksanakan shalat kalau memang engkau yakin dengannya..? Apakah engkau benci apabila ada yang mengatakan “engkau adalah hamba yang taat dan takut kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala..?” Ataukah engkau lebih senang apabila ada yang mengatakan “engkau adalah orang yang fasik dan menentang Allah Subhanahu wa Ta’ala..?” Bagaimana mungkin engkau mentaati perintah-perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala..? Apakah pemimpin-pemimpinmu lebih tinggi kekuasaannya dan lebih mulia urusannya disisimu dibanding Allah Subhanahu wa Ta’ala yang Maha Tinggi lagi Maha Perkasa..? Tentu saja Allah lebih tinggi dan lebih mulia. Suatu ketika Husain bin Ubaid radhiyallohu anhu menemui Rasulullah Sholallohu Alaihi wa Sallam sambil mencela dan mengancam dikarenakan tindakan Rasulullah Sholallohu Alaihi wa Sallam dalam menentang orang-orang kafir Quraisy serta sikap Beliau dalam meremehkan angan-angan mereka dan mencela sesembahan-sesembahan mereka, maka Nabi Shollallohu Alaihi wa Sallam memberikan penjelasan kepadanya dan membantah kata-katanya yang bathil dengan kata-kata yang benar. Ia pun patuh dan beriman, padahal sebelumnya hatinya sangatlah keras dan jauh lebih keras daripada sebuah batu. Nabi Shollallohu Alaihi wa Sallam bertanya kepadanya “Wahai Husain, berapa banyak tuhan yang engkau sembah?” Ia menjawab “Tujuh di permukaan bumi dan satu di atas langit”. Lalu Nabi Sholallohu Alaihi wa Sallam bertanya lagi “Apabila engkau tertimpa musibah kepada siapa engkau berdoa?” Ia menjawab “Yang berada di atas langit”. Maka Nabi Shollallohu Alaihi wa Sallam bersabda “Hanya ia saja yang mampu mengabulkan doamu, lalu engkau menyekutukannya dengan yang lain? Wahai Husain masuk Islamlah engkau! Niscaya engkau selamat.” Aku nasihatkan kepadamu wahai orang yang meninggalkan sholat, yang lalai dari Zat yang selalu mengawasimu dan lupa dari apa-apa yang telah menantimu Shalatlah! Niscaya engkau akan selamat dari Siksa Allah Subhanahu wa Ta’ala yang sangat pedih. Dan sungguh sangat memalukan apabila engkau memohon kepadanya di waktu sulit, namun melupakan di waktu senang. Disalin dari buku “Kenapa Saya Harus Sholat..? Sebuah Risalah Penggugah Jiwa” karya Asy-Syaikh Abdur Rauf Al-Hanawi Artikel Sahabat, pernahkah kalian berfikir, Allah memerintahkan kita untuk beribadah. Lantas apakah Allah membutuhkan Ibadah kita? Apakah Allah membutuhkan kita untuk menghamba kepada-Nya? Sekali-kali tidak, Allah tidak pernah membutuhkan kita, tapi kitalah yang membutuhkan Allah. Allah memerintahkan kita Ibadah, Sholat kepada-Nya, semata-mata untuk kepentingan kita. Allah menjanjikan memberikan kita ketentraman dengan mengingat-Nya, bukan? Ingat firman Allah yang ini “Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tentram.” [QS. Ar-Ra’d 28] Kalau kita nggak mau sholat, apakah Allah rugi? Tidak! Allah nggak rugi sama sekali. Karena yang nantinya galau, gundah, gelisah, ya diri kita sendiri. Yang nantinya sengsara di alam kuburnya dan di akhiratnya, ya yang ninggalin shalat itu sendiri. Ngaruh ke Allah nggak? Nggak sama sekali. Jadi yang butuh siapa? Allah yang butuh kita atau kita yang butuh Allah? Jelas kita yang butuh Allah. Segala apa yang Allah perintahkan kepada kita itu sebenarnya hanya untuk kebaikan diri kita sendiri. Allah tidak akan rugi apa pun jikalau kita tak melaksanakan apa yang Dia perintahkan. Tanpa kita puji pun, Allah sudah terpuji. Tanpa kita sucikan pun, Allah sudah Mahasuci. Allah tidak butuh kita! Tapi kitalah yang membutuhkan-Nya. Kalau kita berpaling dari Allah, apakah Allah rugi kehilangan makhluk yang hina seperti kita? Sekali-kali tidak! Karena akan ada makhluk Allah yang lain yang lebih mencintai-Nya dan lebih taat pada-Nya dibandingkan kita yang akan menggantikan kita. Allah tidak akan rugi sedikit pun. Coba lihat firman Allah berikut “Wahai sekalian manusia, kamulah yang butuh kepada Allah; dan Allah Dialah Yang Maha Kaya tidak memerlukan sesuatu lagi Maha Terpuji. Jika Dia menghendaki, niscaya Dia memusnahkan kamu dan mendatangkan makhluk yang baru untuk menggantikan kamu. Dan yang demikian itu sekali-kali tidak sulit bagi Allah.” [QS. Fathir 15-17] Allah Maha Kaya, Allah Maha Sempurna, Allah Maha Suci, Allah Maha Besar, Allah Maha segalanya. Apakah masih juga berfikir kalau Allah butuh kita? Tidak, Sahabat. Kitalah yang membutuhkan Allah. Kalaupun kita sudah menjalankan perintahnya, apakah itu juga akan menjamin kita masuk Surga-Nya? Tidak juga. Sesungguhnya karena Kasih Sayang Allah-lah kita bisa masuk ke dalam Surga-Nya. Makanya sahabat, yuk kita berlomba-lomba memperebutkan perhatian Allah, memperebutkan kasih dan sayang-Nya agar kita layak masuk ke dalam surga-Nya. Bagaimana caranya? Ya kita laksanakan segala perintah-Nya dan jauhi segala larangan-Nya, berlomba-lomba dalam kebaikan, dan terus berusaha memperbaiki diri agar menjadi manusia yang bermanfaat. Jadi, siapa yang butuh? Kita atau Allah? Kita lah PASTINYA! “Ya Allah, Terimalah segala amal dan ibadah yang telah kami lakukan. Ampunilah segala dosa yang pernah kami perbuat di dunia ini. Ya Allah, berilah selalu petunjuk-Mu, rahmat-Mu, dan hidayah-Mu kepada kami semua. Bimbinglah kami menuju surga yang Engkau janjikan, Ya Rabb. Aamiin.”

allah tidak butuh kita tapi kita butuh allah